Rencana liburan Siti Susilawati berubah menjadi duka setelah pesawat yang ditumpanginya Lion Air Boeing 737-800 NG jatuh laut di ujung landasan Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Sabtu (13/4/2013) lalu.
Siti termasuk salah satu penumpang yang mengalami luka serius karena menderita patah hidung. Namun Siti merasa bersyukur nyawanya selamat dari peristiwa yang masih membuatnya trauma itu.
Perempuan asal Bandung, Jawa Barat ini sempat berpikir kecelakaan kemarin adalah akhir hidupnya. "Saya duduk pas di patahan pesawat, kursi 31 F, paling belakang. Saya berpikir udah mau meninggal. Ya Allah, mungkin ini waktunya," ujar Siti saat ditemui di RS Kasih Ibu, Kedongan, Denpasar.
Siti pasrah karena dia tak bisa berenang dan saat itu duduk seorang diri di belakang. Saat pesawat jatuh ke air, Siti sempat tenggelam sebelum akhirnya pesawat naik ke permukaan air. "Setelah itu ada pramugari yang menolong saya, makasih sama mbaknya" jelas Siti.
Sampai saat ini Siti masih sering terbangun saat tidur akibat trauma yang dideritanya. "Tidur aja masih kaget-kaget, jadi takut naik pesawat," ungkapnya.
Saat ini Siti yang masih menjalani perawatan di RS Kasih Ibu Kedonganan berharap bisa segera pulih dan kembali ke Bandung.
Kisah Penumpang Lain
Seorang penumpang bernama Andi menuturkan bahwa pesawat itu gagal mencapai landasan pacu. Andi menceritakan soal situasi di dalam pesawaat sesaat dan ketika tercebut ke laut.
Saat mengudara dari Bandung, kisah Andi, tidak ada keganjilan apapun. Penerbangan mulus. "Di atas itu normal," kata Andi.
Sesaat sebelum nyembur ke laut itu pun, katanya, sama sekali tidak ada informasi gangguan teknis pesawat ataupun cuaca dari awak kabin. Sampai jelang mendarat, awak kabin menginformasikan agar bersiap mendarat sebagaimana lazimnya pengumuman dalam penerbangan sipil.
"Kami sudah siap-siap semua. Saya tengok bawah, di bawah laut, saya merasa kok rendah sekali apa sudah mau landing. Saya berusaha tenang. tiba-tiba sudah langsung bunyi gludak gludak. Kami langsung panik," ujarnya.
Kepanikan melanda penumpang pesawat bernomor penerbangan JT 904 itu. Demikian pula Andi. Dilanda kepanikan. "Panik semua di dalam, panik pokoknya di dalam itu."
Beruntung, para kru pesawat cepat menguasai keadaan. Demikian pula penumpang bisa segera berpikir jernih setelah kepanikan itu. "Tanpa mikirin apa-apa, saya langsung buka pintu darurat. kebetulan saya duduk di sebelah kiri, dekat pintu darurat," kata Andi.
Sesampainya di luar bagian sayap pesawat, Andi mendapati tim penolong telah menunggu di atas perahu karet. "Kita sudah langsung di sayapnya itu diselamatin yang surving di situ pakai perahu karet," ujarnya.
Kisah Penumpang Lain
Seorang penumpang bernama Andi menuturkan bahwa pesawat itu gagal mencapai landasan pacu. Andi menceritakan soal situasi di dalam pesawaat sesaat dan ketika tercebut ke laut.
Saat mengudara dari Bandung, kisah Andi, tidak ada keganjilan apapun. Penerbangan mulus. "Di atas itu normal," kata Andi.
Sesaat sebelum nyembur ke laut itu pun, katanya, sama sekali tidak ada informasi gangguan teknis pesawat ataupun cuaca dari awak kabin. Sampai jelang mendarat, awak kabin menginformasikan agar bersiap mendarat sebagaimana lazimnya pengumuman dalam penerbangan sipil.
"Kami sudah siap-siap semua. Saya tengok bawah, di bawah laut, saya merasa kok rendah sekali apa sudah mau landing. Saya berusaha tenang. tiba-tiba sudah langsung bunyi gludak gludak. Kami langsung panik," ujarnya.
Kepanikan melanda penumpang pesawat bernomor penerbangan JT 904 itu. Demikian pula Andi. Dilanda kepanikan. "Panik semua di dalam, panik pokoknya di dalam itu."
Beruntung, para kru pesawat cepat menguasai keadaan. Demikian pula penumpang bisa segera berpikir jernih setelah kepanikan itu. "Tanpa mikirin apa-apa, saya langsung buka pintu darurat. kebetulan saya duduk di sebelah kiri, dekat pintu darurat," kata Andi.
Sesampainya di luar bagian sayap pesawat, Andi mendapati tim penolong telah menunggu di atas perahu karet. "Kita sudah langsung di sayapnya itu diselamatin yang surving di situ pakai perahu karet," ujarnya.
"Pesawat jatuh ke dalam laut dengan kecepatan tinggi," kata salah seorang penumpang, Ignatius Juan Sinduk, seperti diberitakan Herald Sun, Minggu (14/4/2013).
"Semua orang berteriak dan tiba-tiba air. Seluruh penumpang panik dan bergegas mengambil pelampung. Beberapa penumpang jatuh, berlari ke penumpang lain. Itu sangat kacau. Saya berhasil meraih satu pelampung dan perlahan-lahan berenang keluar dari pesawat dan menuju ke pantai.'' imbuhnya.
Penumpang lainnya, Santi Wiastuti, menyebut tidak ada peringatan apa-apa sebelum pesawat jatuh ke laut. "Tidak ada sinyal atau apa-apa. Itu terjadi sangat tiba-tiba," terangnya.
Andis yang juga salah seorang penumpang pesawat Lion Air menjelaskan bahwa ada ledakan besar saat pesawat jatuh ke laut. Hal itu membuat seluruh penumpang menjadi panik. "Saya menunduk. Tiba-tiba sudah bearda di laut," ujar Andis.
Penumpang yang selamat lainnya, Rusmaya (50), mengingat bahwa kru pesawat berteriak untuk segera mengambil pelampung.
"Tanganku gemetar sehingga seseorang membantu saya mengambi pelampung. Air sudah masuk ke pesawat," katanya.
Dewi, seorang penumpang yang mengalami luka di kepala menceritakan bahwa pesawat dalam kondisi siap mendarat sebelum akhirnya jatuh ke laut.
"Pesawat itu dalam posisi siap mendarat ketika tiba-tiba aku melihat pesawat semakin dekat dengan laut, dan akhirnya jatuh ke laut,'' terang Dewi.
"Semua penumpang berteriak panik karena takut mereka akan tenggelam. Saya meninggalkan barang-barang saya dan pergi ke pintu darurat. Saya keluar dari pesawat dan berenang sebelum penyelamat melompat untuk membantu saya," kata Dewi.
Sumber: kompas.com, detik.com, viva.co.id