Analisis Lengkap, Mengapa DBS Singapura Beli Bank Danamon - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Analisis Lengkap, Mengapa DBS Singapura Beli Bank Danamon

DBS Group Holdings Ltd membeli kepemilikan saham PT Bank Danamon Tbk.
Perusahaan keuangan asal Singapura, DBS Group Holdings Ltd, mengumumkan telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Fullerton Financial Holdings Pte Ltd (FFH, anak usaha Temasek Holding) untuk mengambilalih 100 persen saham FFH pada Asia Financial Indonesia Pte Ltd (AFI).

Melalui AFI, DBS akan menguasai 67,37 persen saham pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk (berkode saham BDMN) dengan nilai transaksi Rp45,2 triliun atau setara Sin$6,2 miliar.


Namun transaksi pembelian saham Bank Danamon milik Temasek Holding itu belum dilaporkan secara resmi ke pihak regulator, dalam hal ini Bank Indonesia maupun PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Juru Bicara BI, Difi A Johansyah, menyatakan aksi korporasi perusahaan itu belum dilaporkan ke bank sentral Indonesia. "Hingga saat ini, belum ada laporan resmi kepada kami," kata dia kepada VIVAnews di Jakarta, Senin 2 April 2012.

Difi menuturkan, pihaknya memberikan kesempatan kepada Bank Danamon untuk mengumumkan rencana itu kepada publik selama satu bulan ini. "Setelah itu, Bank Danamon harus menggelar RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)," ujarnya.

Kenapa sebulan? Menurutnya, agar pihak regulator dan publik bisa melihat dan menilai apakah aksi itu hanya menimbulkan pergantian susunan pemegang saham, atau terjadi aksi akuisisi keseluruhan.

Difi menjelaskan langkah DBS membeli kepemilikan saham Danamon melalui AFI tidak terbentur peraturan BI yang rencananya akan membatasi ruang investor asing untuk membeli bank lokal.

"Memang ada wacana itu sebelumnya, tetapi hingga saat ini aturan itu belum ada. Jadi, tidak masalah jika DBS ingin membeli Danamon," kata dia.

Suspend untuk Bank Danamon

Sedangkan BEI langsung menghentikan sementara perdagangan saham Bank Danamon di seluruh pasar, mulai sesi pertama perdagangan Senin. Sebelum di-suspend, harga saham Bank Danamon berada di level Rp4.600, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp43,64 triliun.

Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa BEI, Umi Kulsum, mengatakan suspensi atas saham dilakukan karena belum ada informasi memadai disampaikan kepada bursa tentang rencana pembelian saham yang dimiliki pemegang saham utama Bank Danamon.

"Suspensi itu juga untuk mencegah terjadinya fluktuasi tidak wajar atas perdagangan efek Bank Danamon. Hal itu dilakukan hingga pengumuman lebih lanjut," kata dia dalam penjelasan tertulis di Jakarta.

Selain itu, Umi menambahkan, BEI meminta kepada pihak berkepentingan agar selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan Bank Danamon Indonesia.

Bank Danamon sendiri mengungkapkan transaksi pembelian saham oleh DBS Group Holdings akan diselesaikan setelah pemegang saham DBS dan para regulator setuju, termasuk Bank Indonesia.

Danamon mengaku telah memperoleh informasi dari FFH, bahwa FFH telah menjalin kesepakatan penjualan saham bersyarat dengan DBS Group Holdings untuk menjual semua kepemilikan sahamnya di AFI kepada DBS.

Untuk itu, pemegang saham Danamon diharapkan merujuk kepada pengumuman DBS pada Senin 2 April 2012, bahwa DBS akan mengeluarkan Mandatory Tender Offer (MTO) untuk mengakuisisi saham terdaftar dari pemegang saham Danamon lainnya dengan harga penawaran Rp7.000 per unit.

"Jika transaksi terlaksana, Danamon dan DBS dapat saling melengkapi dalam berbagai area," kata Direktur Utama Bank Danamon, Henry Ho dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Sebab, dia melanjutkan, Danamon memiliki jaringan distribusi nasional yang luas, dan akan terus tumbuh sejalan rencana pembukaan sekitar 300 lokasi baru dan 600 anjungan tunai mandiri (ATM) baru hingga 2012.

"Kami juga mempunyai kemampuan memberi pelayanan kepada sektor mass market di Indonesia, yang memiliki tingkat penetrasi layanan perbankan yang rendah," ujarnya.

Dia melanjutkan, DBS adalah bank terbesar di Singapura dengan jangkauan internasional. "Bank Danamon percaya DBS memiliki kekuatan dalam corporate banking, capital markets, trade finance, dan investment management," tuturnya.

Apabila transaksi terlaksana, Danamon akan bekerja sama dengan DBS untuk menjadi bagian dari suatu perbankan Asia yang dinamis.

Chief Executive Officer DBS Group Holdings and DBS Bank, Piyush Gupta mengatakan DBS bertekad menjadi bank terkemuka di Asia dengan sumber pendapatan beragam dengan segmen bisnis utamanya di China, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

"Rencana pengambilalihan Danamon sejalan dengan strategi ini," kata Piyush, dalam konferensi pers di Hotel Ritz Carlton, kawasan Megakuningan, Jakarta, Senin.

Piyush optimistis, pengambilalihan ini akan menaikkan pendapatan mereka. Tak hanya itu, Indonesia juga akan menjadi satu dari tiga kontributor pendapatan terbesar bagi DBS, bersama Singapura dan Hong Kong.

DBS mengungkapkan, alasan pengambilalihan saham Bank Danamon itu, adalah karena  sektor perbankan di Indonesia sangat menarik, di antaranya soal demografis. Alasan lain, faktor ekonomi makro yang kuat dan pesatnya pertumbuhan ekonomi.

Namun, DBS mengakui, sektor perbankan di Indonesia belum sepenuhnya dikembangkan. Padahal, industri ini terus didukung jumlah warga kelas menengah yang terus bertambah. "Selain itu karena peningkatan konsumsi domestik yang cepat, dan meningkatnya alur perdagangan dengan wilayah lain secara regional," ungkapnya.

"Indonesia adalah pasar Asia yang menarik dan kami yakin dapat berkontribusi kepada perkembangan sektor perbankan di Indonesia," ujarnya.

Akuisisi terbesar
Sementara itu, langkah DBS Group Holdings mengakuisisi 67,37 persen saham Bank Danamon milik anak usaha Temasek senilai Rp45,2 triliun atau setara dengan Sin$6,2 miliar dianggap sebagai pembelian terbesar yang pertama kali dilakukan Chief Executive Officer DBS, Piyush Gupta.

Dikutip dari laman Reuters, Senin, Gupta pertama kali memegang jabatan CEO DBS pada akhir 2009. Kala itu, dia berjanji akan memperluas jaringan DBS di Singapura hingga Hong Kong.

Rekam jejak aksi akuisisi yang dilakukan DBS terakhir kali terjadi sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, DBS membeli sebuah bank asal Hong Kong, Dao Heng.

DBS mengakuisisi Dao Heng setelah membeli 71,12 persen saham bank Hong Kong tersebut dari Guoco Group Limited pada 29 Juni 2011.

DBS menawarkan dua opsi pengambilalihan saham Dao Heng, yaitu membeli HK$60,01 per saham, atau paket pembelian sebesar HK$43,13 dalam bentuk uang tunai dan satu saham dari DBS Diamond Holding Ltd.

Sedangkan lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings menilai bahwa langkah akuisisi saham Bank Danamon oleh DBS tersebut bakal positif bagi peringkat utang perusahaan.

Fitch memberikan status Rating Watch Positive (RWP) untuk surat utang yang dikeluarkan Bank Danamon. Status RWP ini menggambarkan harapan Fitch profil risiko utang Danamon kemungkinan bakal membaik usai diambil alih pemegang saham baru.

Dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Senin, dijelaskan, kekuatan kredit DBS berperan besar dalam peningkatan peringkat surat utang Bank Danamon.  "Itu terjadi jika akuisisi berjalan sukses," ujar laporan tersebut.

Usai akuisisi, Fitch memperkirakan peringkat surat utang jangka panjang Bank Danamon bisa meningkat ke level BBB, atau tingkat yang sama dengan peringkat utang pemerintah Indonesia.

sumber : viva.co.id