Dengan diambil alihnya unit bisnisnya di Asia Tenggara oleh Grab, maka aplikasi yang dimiliki oleh Uber pun dipastikan akan hilang dalam waktu dekat, khusus di kawasan tersebut.
Akuisisi yang dilakukan Grab terhadap unit bisnis Uber di Asia Tenggara membuat para pelanggan serta mitra dari Uber secara tidak langsung juga beralih ke platform asal Singapura tersebut. Terkait hal ini, migrasi pun menjadi solusi Grab untuk menghindari kebingungan.
Grab mengumumkan secara resmi bahwa akan melakukan migrasi mitra pengemudi, merchant, hingga pelanggan dari layanan berbagi tumpangan dan pemesanan makanan milik Uber ke dalam platform milik mereka.
Hal ini diakui oleh perusahaan yang didirikan pada 2012 lalu tersebut untuk meminimalisir disrupsi.
Mengenai migrasi ini, aplikasi Uber hanya dapat digunakan dalam waktu kurang lebih dua minggu ke depan, tepatnya hingga 8 April mendatang. Kebijakan ini berlaku di seluruh daerah operasi Uber di Asia Tenggara.
Hal ini dilakukan untuk memastikan stabilitas para mitra Uber dalam memperoleh informasi lebih lanjut mengenai persyaratan pendaftaran sebagai mitra Grab. Selain itu, proses integrasi para mitra ke dalam aplikasi Grab pun turut menjadi pertimbangan.
"Aplikasi Uber masih dapat digunakan di Asia Tenggara selama dua minggu ke depan hingga tanggal 8 April 2018 sambil menantikan pengemudi Uber terintegrasi dalam aplikasi Grab. Penumpang Uber dapat segera mengunduh dan menggunakan aplikasi Grab untuk memesan perjalanan di Asia Tenggara," begitu pernyataan Grab.
Pihak Grab juga mengatakan bahwa akun pengguna Uber akan tetap aktif dan masih dapat melakukan perjalanan sampai waktu yang sudah ditentukan. Nantinya, seluruh data pengguna Uber, kecuali informasi pembayaran, akan ditransfer ke Grab.
(Berita ini telah tayang di detik.com - Muhamad Imron Rosyadi)