H, wanita berusia 46 tahun yang berjualan kopi di sekitar Pintu Tol Kebon Jeruk mengaku disekap dan disiksa oleh sejumlah pria. Penyiksaan itu terjadi setelah pada Jumat yang lalu H yang baru seminggu berjualan kopi dimintai uang Rp 100 ribu oleh para pria itu. Namun H menolak.
Selama 3 hari penyekapan, H mengaku disiksa. Dia disundut rokok dan ditetesi lelehan plastik yang dibakar. Yang lebih kejam, para preman biadab itu memasukkan kayu ke kemaluan H.
Para Pelaku Menghubungi Anak Korban
Saat melakukan penyekapan, ternyata para preman sempat menelepon anak H. Melalui telepon itu, para preman memberi tahu soal penyekapan wanita berusia 46 tahun yang bekerja sebagai penjual kopi tersebut.
"Para pelaku sempat menelepon anak saya, mereka bilang kalau saya sedang disiksa," kata H di Mapolres Metro Jakarta Barat, Minggu (15/9/2013).
Menurut H, para pelaku menelepon anaknya dengan telepon selulernya. Namun, pembicaraan tersebut tidak berlangsung lama. "Kemudian ditutup," tambah H.
Meski demikian, selama 3 hari penyekapan itu tidak ada laporan tentang penyekapan itu dari anak maupun keluarga H ke Polres Jakarta Barat. Kasus ini baru terungkap setelah H melarikan diri. Sampai saat inipun belum ada keluarga H yang datang ke Mapolres Metro Jakarta Barat.
Disekap di Rumah Bedeng
Rumah bedeng itu letaknya tak jauh dari Pintu Tol Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ukurannya sekitar 12X7 meter. Kondisinya sudah reot. Dinding berbahan kayu ditambal dengan tripleks di sana-sini. Di sekitarnya pun sangat kotor, banyak tumpukan kayu dan sampah.
Di dalam rumah bedeng yang dilengkapi dengan 3 toilet kotor itu terdapat sejumlah kamar. Sebuah ruangan yang sepertinya bekas difungsikan sebagai musala juga ada di dalam bedeng tersebut. Ukurannya tak lebih dari 2X3 meter. Namun kondisinya sangat kotor.
Di belakang rumah bedeng itu, terdapat sebuah kamar sempit, ukurananya tak lebih dari 2X3 meter. Di kamar itulah seorang wanita penjual kopi berinisial H disekap dan disiksa oleh sejumlah pria. Selama 3 hari, sejak Jumat 13 September hingga Mingggu 15 September, wanita 46 tahun itu menerima siksaan keji dari para preman jalanan itu.
Kondisi rumah yang dijadikan tempat penyekapan |
Ibu anak 4 itu berhasil kabur pada Minggu sekitar pukul 05.00 WIB kemarin mengaku disundut rokok dan ditetesi lelehan plastik yang dibakar. Kini, kamar yang diduga sebagai tempat penyekapan dan penyiksaan itu tampak berantakan. Garis polisi berwarna kuning masih terlihat terpasang di kamar dan "rumah horor" tersebut. Puing-puing bangunan yang berantakan bekas penggerebakan polisi kemarin juga masih tamapak berserakan.
Di lantai "kamar durjana" itu terdapat beberapa pakaian, seperti celana dan sarung, berbaur dengan puing-puing bangunan. Terlihat ada bercak darah di sarung berwarna hijau dan celana berwarna abu-abu yang berserak di lantai jorok tersebut.
Kini, kamar yang diduga sebagai tempat penyekapan dan penyiksaan itu tampak berantakan. Garis polisi berwarna kuning masih terlihat terpasang di kamar dan "rumah horor" tersebut. Puing-puing bangunan yang berantakan bekas penggerebakan polisi kemarin juga masih tamapak berserakan.
Di lantai "kamar durjana" itu terdapat beberapa pakaian, seperti celana dan sarung, berbaur dengan puing-puing bangunan. Terlihat ada bercak darah di sarung berwarna hijau dan celana berwarna abu-abu yang berserak di lantai jorok tersebut.
Warga Sekitar Tidak Peduli
Yang lebih miris dari kasus penyekapan dan penyiksaan ini, ternyata warga sekitar mengetahui adanya aksi biadab para preman ini. Tengok saja di depan rumah penyiksaan itu. Sebuah warung makan berdiri. Namun, warung yang biasanya meriah oleh pengunjung itu, pada hari ini menjadi sepi, pemiliknya tidak berdagang.
Di warung yang tutup itu masih terlihat adanya beberapa peralatan memasak seperti kompor, panci, dan lainnya. Masih terlihat juga beberapa peralatan makan yang masih terpajang di dalam etalase warung tersebut.
Meski kawasan sekitar terbilang ramai, tak satu pun warga sekitar yang melaporkan penyekapan tersebut ke polisi. Warga mengaku takut untuk melapor ke polisi. Sungguh, warga Ibukota dalam "cengkeraman" preman.
Sumber: liputan6.com