Sampai semalam belum bisa ditentukan berapa banyak bahan petasan yang meluluh-lantakkan rumah di Dusun Alas Gede, Desa Ngingit Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang dan menewaskan Ponari, Mistiani dan Sodikin, Selasa (14/8/2012).
Namun, berdasarkan efek ledakan, AKP Decky Hermansyah, Kasat Reskrim Polres Malang, menduga bubuk petasan yang terdiri atas potasium, brons dan belerang itu berkisar 25 kg.
“Kalau lihat efeknya, kira-kira sebanyak itu yang meledak. Tapi itu masih akan kami pastikan lagi. Sekarang tim labfor masih melakukan pemeriksaan,” kata Decky ditemui di lokasi kejadian, Rabu (15/8/2012).
Selain itu, kata Decky, Rabu pukul 03.00 WIB, tim Gegana Brimob Ampeldento Malang telah mendatangi lokasi untuk mengamankan sisa-sisa bahan kimia seperti potassium dan bron yang tertinggal di lokasi.
Siangnya, tim yang dipimpin Ipda Suwarsono itu kembali lagi ke lokasi untuk mengambil beberapa karung bahan petasan yang ditemukan polisi di bawah rumpun bambu, sekitar 300 meter dari rumah Ponari.
Diduga, bahan-bahan pembuat petasan itu ialah milik orang lain yang dibuang karena takut setelah petasan di rumah Ponari meledak.
Menurut Suwarsono, ledakan di rumah Ponari, bisa disebabkan percikan api puntung rokok atau gesekan logam. “Sekarang, ini akan kami evakuasi untuk diamankan di markas Brimob,” papar Suwarsono.
Untuk menentukan penyebab dan sumber ledakan, polisi menurunkan tim Labfor Mabes Polri Cabang Surabaya. Mereka meneliti puing-puing bangunan rumah Ponari.
“Labfor Polda Jatim akan memeriksa dari mana sumber ledakan ini. Apa benar dari campuran petasan atau karena ada yang lainnya. Mereka juga sedang mencari sisa-sisa bahan pembuat petasan yang mungkin masih bisa ditemukan di dalam rumah,” terang Decky.
Selain insiden di Tumpang, ledakan petasan juga terjadi di Dusun Trajen RT 01/RW 06, Desa Pakisjajar, Kecamatan Pakis, hanya selang 1 jam dari kejadian di Tumpang. Dalam kejadian itu, Sugianto (35), tewas dalam kondisi hangus. Sedangkan tiga rekannya, M Anwar (18), Saiful Anwar (30), dan Andika (11) mengalami luka berat dan harus dilarikan ke RSU Dr Saiful Anwar.
Kedua insiden ledakan petasan yang mencabut empat nyawa itu ditanggapi serius oleh Kapolres Malang, AKBP Rinto Djatmono. Ia memerintahkan seluruh jajaran Polres Malang memperketat pengawasan, karena meski sejumlah penangkapan sudah dilakukan, tetapi masih ada yang lepas dari pengawasan.
“Mungkin karena selama ini yang di Tumpang itu tidak terdeteksi. Dengan dua kejadian tadi kami berharap masyarakat memberikan informasi pada polisi untuk menindak dan mengantisipasi agar hal serupa tidak terjadi lagi,” ujar Rinto.
Dari catatan Surya, peredaran petasan di Kabupaten Malang bisa dibedakan menjadi dua kelompok, yakni petasan pabrikan dan industri rumahan. Kendati demikian, tidak semua petasan hasil industri rumahan sepenuhnya diproduksi di Kabupaten Malang, misalnya di Pasuruan.
Mercon atau petasan pabrikan sudah disita Polsek Ngajum sejumlah 261 buah dari sejumlah toko pracangan.
Sedangkan untuk petasan hasil industri rumahan, salah satunya terlihat saat jajaran Polsek Singosari, pada 26 Juli 2012 silam mengamankan 24.000 buah petasan dari tangan Ali Masykur (31), warga Desa Sidoluhur, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Dalam penyidikan di Polsek Singosari, pria itu mengaku mendapat pasokan petasan dari Bangil, Pasuruan.
Sementara itu, pada 7 Agustus 2012, Polsek Gondanglegi menyita petasan rentengan yang oleh pemiliknya disebutkan diperoleh dari para pembuat di kecamatan itu dan diedarkan di Kecamatan Pagelaran.
“Untuk sementara bisa kami simpulkan, petasan lebih banyak di Kabupaten Malang wilayah selatan,” ucap Rinto.
Sumber: tribunnews.com