Nama Lieus Sungkharisma ramai jadi perbincangan, karena sejumlah sepak terjangnya dalam Pilpres 2019 dan hari ini ditangkap polisi. Namun, sebetulnya manuver Lieus sudah dimulai sejak Orde Baru. Uniknya, sejak tahun 2012 Lieus melakukan beberapa manuver yang lebih membuatnya identik dengan 'kutu loncat'. Bagaimana cerita lengkapnya?
Jadi Pengusaha dan Aktivis
Dalam buku berjudul "Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia" yang ditulis Sam Setyautama, dijelaskan bahwa Lieus Sungkharisma memiliki nama asli Li Xue Xiung. Dia lahir di Cianjur, Jawa Barat, 11 Oktober 1959. Sejak muda, Lieus memang sudah dikenal sebagai aktivis.
Dia pernah menjadi Bendahara Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan sempat menjadi kader Partai Golkar. Dia juga pernah aktif di AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) dan merupakan mantan ketua Generasi Muda Buddhist Indonesia (Gema Budhi).
Lalu ketika Lieus menjadi pengusaha, dia sempat menjadi Ketua Perhimpunan Pengusaha Tionghoa DKI Jakarta dan Ketua Umum Multi Culture Society sekaligus Vice President The World Peace Comittee. Selain itu, Lieus juga pernah mengelola Tabloid Naga Post.
Jadi Kader Golkar dan Mendirikan Partai Reformasi Tionghoa Indonesia (Parti)
Lantas, pada 5 Juni 1998, Lieus bersama Gunawan Tjahjadi dan enam kawan lainnya mendirikan Partai Reformasi Tionghoa Indonesia (Parti). Dalam buku "Setelah air mata kering: masyarakat Tionghoa pasca-peristiwa Mei 1998" yang disusun oleh I. Wibowo dan Thung Ju Lan, dijelaskan bahwa partai ini didirikan karena keresahan Lieus dan kawan-kawannya atas ketidakdilan yang kerap dialami etnis Tionghoa.
Menurut Lieus, selama masa 32 tahun kepemimpinan Pemerintah Orde Baru Soeharto, hak politik masyarakat Tionghoa telah dikebiri. Meskipun dia sendiri pernah menjadi kader Golkar. Melalui Parti, Lieus dan kawan-kawannya berjuang untuk menyuarakan semangat nasionalisme keindonesiaan dari masyarakat Tionghoa.
Mengkritik MRT Jokowi-Ahok, Tapi Dukung Jokowi Jadi Presiden
Saat proyek Moda Raya Terpadu (MRT) digagas oleh Jokowi-Ahok ketika masih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Lieus termasuk orang yang giat mengkritik proyek ini. Dia sempat menjadi Koordinator masyarakat peduli MRT Fatmawati. Namun uniknya, ketika Jokowi maju sebagai calon presiden 2014, Lieus lantas mendukungnya.
Sebagai bentuk dukungannya kepada Jokowi, Lieus sampai menggelar lomba menulis 'Surat Untuk Jokowi'. Hadiah yang dijanjikan untuk pemenang lomba menulis ini juga cukup lumayan, tiga pemenang utama mendapatkan uang jutaan rupiah dan tablet merk teranyar. Sedangkan untuk dewan jurinya, Lieus mengamanahkannya kepada Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat sampai penulis novel Dewi Lestari.
Kecewa kepada Ahok, Mendukung AHY-Sylvi
Pada tahun 2016, Lieus yang sejatinya pernah mendukung Jokowi untuk Pilpres 2014, tak secara otomatis mendukung Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI 2017. Dia mengaku kecewa dengan kepemimpinan Ahok yang dia nilai bermasalah. Menurutnya, dalam kasus RS Sumber Waras, dia menganggap Ahok sudah menyelewengkan uang pajak rakyat.
Maka dari itu, pada Pilgub DKI 2017, dia mendukung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Dukungan itu dia buktikan melalui deklarasi relawan Barisan Teman Agus-Sylvi (BATAS). Melalui BATAS, Lieus berjuang menggalang suara masyarakat Tionghoa untuk Agus-Sylvi. Meskipun pada akhirnya paslon yang dia dukung itu tersingkir.
Jadi aktivis #2019gantiPresiden
Lantas, pada tahun 2018 dia kembali berbalik arah. Jika pada 2014 dia mendukung Jokowi, maka pada 2018 dia justru ikut menjadi bagian gerakan #2019GantiPresiden. Dia merasa kecewa dengan kepemimpinan Jokowi selama menjadi presiden.
Sehingga dia memutuskan untuk mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Dukungan itu, Lieus buktikan dengan menjadi Koordinator Forum Aspirasi Rakyat (FAR). Forum ini berisi tokoh Tionghoa dari beragam profesi yang mendukung paslon 02 Prabowo-Sandi.
Bukan hanya sampai di situ saja. Guna menggelorakan gerakan #2019GantiPresiden, dia juga ikut membuat video clip lagu #2019GantiPresiden bersama tokoh pro Prabowo lainnya, seperti Ahmad Dhani dan Fadli Zon. Semenjak itu, Lieus selalu nampak hadir dalam sejumlah acara kampanye dan deklarasi 'klaim' kemenangan paslon 02 Prabowo-Sandi.
Lieus Dipolisikan, Lalu Ditangkap
Ternyata kini manuver Lieus tak berjalan mulus. Pada Rabu (8/5/2019) Lieus dilaporkan ke polisi atas tuduhan tindakan makar. Dia dilaporkan bersama dengan Kivlan Zen atas tuduhan yang sama. Laporan terhadap Lieus terdaftar dengan nomor LP/B/0442/V/2019/Bareskrim. Perkara yang dilaporkan adalah tindak pidana penyebaran berita bohong (hoax) UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 14 dan atau Pasal 15 terhadap keamanan negara/makar UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 107 jo Pasal 87 dan atau Pasal 163 bis jo Pasal 107.
Tuduhan makar ini sendiri didasarkan atas sebuah video pidato Lieus yang sarat akan muatan makar.
Namun, akhirnya pada hari ini, Senin (20/5/2019) Lieus dibawa ke Polda Metro Jaya setelah ditangkap di rumahnya di Jalan Keadilan, Jakarta Barat. Kedua lengan Lieus tampak diborgol cable ties.
Lieus tiba di gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, pukul 10.14 WIB. Ia dikawal 5 polisi dan berjalan memasuki gedung Dit Reskrimum itu.
Dia pun memprotes proses penangkapan polisi atas dirinya yang dia nilai tak adil. Lieus merasa diperlakukan seperti ogoh-ogoh (patung Bhuta Kala yang dibawa pada pawai perayaan hari raya Nyepi).
"Saya langsung ditarik, saya diangkat kayak ogoh-ogoh ya kan," kata Lieus kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (20/5/2019).
"Jadi nggak adil lah ini," cetusnya.
(detik.com - Rakhmad Hidayatulloh Permana)
(detik.com - Rakhmad Hidayatulloh Permana)