Kualitas Mobil Murah Seperti Kaleng Kerupuk? - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Kualitas Mobil Murah Seperti Kaleng Kerupuk?


Nada kurang sedap kembali harus diterima produsen mobil murah dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car). Ahli Rancang Bangun Armada Transportasi, Hartono Gani, justru menilai mobil tersebut sangat berisiko bagi para pengguna jalan.


"Mobil murah itu berisiko," ujar Hartono saat berbincang di Kuningan, Jakarta, Sabtu (28/9/2013).

Hartono menjelaskan, penyebab mobil murah mampu menghemat bahan bakar bahkan melaju hingga 20 kilometer per liter disebabkan bobon kendaraan tersebut sangat ringan. Namun kondisi ini justru dikhawatirkan sangat berbahaya baik bagi pengendara mobil maupun bagi pengguna jalan lainnya.

"Bagaimana (mobil murah) bisa 20 km per liter? itu karena mobilnya sangat ringan. Kalau ringan begitu ya kayak kerupuk, langsung ringsek pas tabrakan," jelasnya

Selain itu, pakar teknologi kendaraan bermotor ini juga menuturkan, ketidakpahaman pemerintah soal kendaraan bisa menjadi bumerang bagi masyarakat pengguna jalan di tanah air.

"Ribuan bahkan puluhan ribu orang mati konyol gara-gara pemerintah tidak paham soal kendaraan," tegas Hartono.

Mobil Murah Bisa Jadi Tren Seperti Kepemilikan Motor

Mantan Menteri Perhubungan Jusman Syafi'i Djamal khawatir keberadaan mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) bisa membuat fenomena pembelian mobil seperti motor. Maksudnya, setiap anggota dalam sebuah keluarga memiliki motor sehingga jumlah kendaraan ini terus bertambah.

"Yang ditakutkan dari mobil murah ini nantinya kendaraan seperti motor di mana setiap keluarga punya motor sebanyak anggota keluarga tersebut. Jadi masing-masing orang punya motor. Ini semakin lama memakan ruang publik yang ujung-ujungnya macet semakin parah," ujar dia di Jakarta, Minggu (29/9/2013).

Perihal pengertian low cost, menurut dia, sebenarnya bukan harga mobil yang murah tetapi biaya produksi yang rendah.

Selain itu, untuk biaya perawatan, bahan bakar dan lain-lain juga akan memakan biaya yang mahal, sehingga seharusnya pemerintah bukan memberikan intensif kepada LCGC ini, tetapi kepada kendaraan umum agar bisa menyediakan tiket murah.

"Dari pada subsidi untuk bahan bakar, akan lebih baik untuk kendaran umum agar ongkos bagi masyarakat bisa murah. Dengan begitu pengendara motor dan mobil juga akan beralih kesana," kata dia.

Menurut dia, dalam skala kemacetan 1-10, Jakarta sudah sampai pada level 9,5, maka dengan adanya LCGC ini wacana Jakarta bebas macet menjadi mustahil.

Sumber: liputan6.com