Aneh tapi nyata, rambut seberat 800 gram berada di dalam perut Alfiah Kusumayanti, gadis berusia 15 tahun, asal Bungah, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, putri pasangan Kusnur dan Yuni ini harus menjalani operasi lambung di Rumah Sakit (RS) Royal Jalan Tenggilis, Surabaya, Sabtu (16/2).
Alfiah tergolek lemas sejak kemarin siang di ruang perawatan RS setelah menjalani operasi. "Jumat malam kemarin, anak saya sudah berada di ruang operasi bedah lambung, dan dia harus menjalani operasi selama dua jam," kata Kusnur saat ditemui di RS Royal.
Menurutnya, sebelum dibawa ke RS beberapa hari lalu, Alfiah mendadak merasakan nyeri di lambungnya. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter akhirnya diketahui kalau rasa nyeri yang dialami anak pertamanya itu, akibat gumpalan rambut mirip konde yang bersarang di lambungnya.
Dia mengakui sejak berusia satu tahun, Alfiah memiliki kebiasaan aneh, yakni sering mengonsumsi rambut.
"Anak saya makan rambut sambil minum susu dalam dot dan nonton televisi. Meski sudah dilarang, tetap saja anak saya suka makan rambut. Kebiasaan itu (makan rambut) dilakukan hingga usianya lima tahun," cerita Kusnur.
Kusnur dan istrinya sempat khawatir atas kebiasaan anaknya itu. Namun, kekhawatiran itu lenyap, karena mereka berpikir kalau rambut-rambut yang dikonsumsi anaknya itu akan keluar saat buang air besar.
Tapi nyatanya hingga Alfiah berusia 15 tahun rambut-rambut itu masih tetap bersarang di dalam perutnya, hingga membentuk gumpalan mirip konde.
Tim dokter dari RS Royal terpaksa melakukan operasi untuk mengeluarkan 800 gram rambut yang bersarang di perut Alfiah. Tim dokter sempat mengalami kendala saat mengeluarkan rambut tersebut karena sudah berbentuk gumpalan. Tim dokter akhirnya membelah gumpalan-gumpalan rambut tersebut menjadi dua bagian.
Pihak rumah sakit sendiri mengatakan, kalau rambut-rambut yang dikonsumsi Alfiah itu, tidak bisa dicerna oleh alat pencernaan manusia.
"Saat ini, setelah menjalani operasi, pasien (Alfiah) sudah dipindah dari ruang ICU ke ruang perawatan umum," kata Humas RS Royal, dr Bambang Kusnardi.
Sumber: merdeka.com