Selasa malam waktu AS (atau Rabu siang di Indonesia), hasil penghitungan suara pemilihan presiden akan diumumkan -- kecuali ada kekacauan penghitungan atau seri dalam electoral college.
Seperti yang terjadi pada 2000, suara Electoral College akan berpengaruh pada pemilihan presiden. Bagaimana caranya?
Ternyata, saat seorang pemilih di AS mencoblos kandidat Barack Obama atau Mitt Romney, mereka tak langsung memilih kandidat presiden mereka itu. Mereka memilih para elector, atau sekumpulan orang (yang biasanya ditunjuk oleh partai politik) yang kemudian memilih kandidat mereka. Setiap negara bagian mendapat satu 'elector' untuk setiap perwakilan mereka di House of Representatives atau DPR AS, dan dua 'elector' untuk setiap perwakilan senator.
Karena perwakilan di DPR berdasarkan populasi, begitu juga dengan Electoral College. Dengan 55 suara electoral, maka California yang populasinya besar memiliki suara terbanyak. Sementara negara-negara bagian seperti Wyoming, Alaska dan the Dakota, yang penduduknya sedikit, masing-masing hanya mendapat 3 suara electoral, begitu juga dengan Distric of Columbia.
Totalnya ada 538 elector yang bisa diperebutkan dalam Electoral College. Setiap kandidat setidaknya membutuhkan 270 suara electoral untuk bisa memenangkan kursi kepresidenan.
Di kebanyakan negara bagian, kandidat yang meraih suara terbanyak (popular vote) juga mendapat suara Electoral College di negara bagian tersebut. Namun negara bagian seperti Maine dan Nebraska membagi suara electoral mereka secara proporsional, maka suara electoral tersebut bisa terbagi.
Sejarah Electoral College
Kandidat yang memenangkan suara terbanyak dalam sistem electoral bisa tak terpilih sebagai presiden. Seperti yang terjadi pada 2000, saat Al Gore memenangkan suara terbanyak (popular vote) dengan 50,99 juta suara dibanding George W. Bush pada 50,45 juta. Namun Bush mendapat suara electoral yang lebih banyak dengan 271 (setelah penghitungan suara ketat di Florida), sementara Gore hanya mendapat 266 suara electoral.
Pada 1876, Rutherford B. Hayes juga kalah suara dibanding Samuel J. Tilden, namun Hayes bisa menjadi presiden karena unggul satu suara Electoral College. Sementara Benjamin Harrison kalah 90 ribu suara pemilih dibandingkan Grover Cleveland pada 1888, namun bisa unggul jauh di Electoral College, mendapat 233 suara dibanding 168 yang diperoleh Cleveland.
Meski begitu, John Quincy Adams kalah suara populer dan suara electoral pada 1824, namun tetap bisa menjadi presiden. Alasannya, saat itu Adams dan lawannya, Andrew Jackson, sama-sama mendapat 131 suara electoral. Maka keputusannya jatuh pada DPR, yang memenangkan Adams. Adams pun langsung menunjuk Ketua DPR Henry Clay sebagai Menteri Luar Negeri. Jackson pun menuduh keduanya melakukan 'politik dagang sapi korup'.
Persaingan suara electoral tahun ini
Sistem elektoral yang sifatnya 'sapu habis' membuat para kandidat memfokuskan energi pada negara-negara bagian yang bisa berubah-ubah atau 'swing state'. Maka kampanye terakhir para kandidat tak berhenti di Texas yang pasti mendukung Republik, tapi Colorado yang cenderung 'swing state' penuh dengan para kandidat.
Menurut ABC News, Obama dan Wakil Presiden Joe Biden berencana menghabiskan 96 jam terakhir sebelum pemilihan dengan berpidato di Ohio, Wisconsin, Iowa, Virginia, New Hampshire, Colorado, dan Florida. Sementara Romney dan calon wapresnya Paul Ryan akan berkunjung ke New Hampshire, Iowa, Colorado, Ohio, Pennsylvania, Florida, Virginia, Minnesota, Nevada, dan Wisconsin.
Kebanyakan analis politik memperkirakan Colorado, Iowa, Wisconsin, Florida, Ohio, Virginia, dan New Hampshire sebagai 'swing state'. Jika digabungkan, negara-negara bagian tersebut memiliki 89 suara electoral yang bisa diperebutkan.
Sumber: yahoo.com