Berbagai kalangan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Gekbrong dan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meminta perusahaan produsen air mineral PT Danone Aqua Gekbrong, menghentikan produksi karena kemarau panjang yang melanda kawasan itu.
Tokoh pemuda Gekbrong, Agus Jaelani, pada Kamis mengatakan bahwa belakangan ini sebagian besar wilayah Cianjur mengalami kekeringan sehingga masyarakat sulit mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari, dan untuk mengairi ratusan hektare areal pesawahan.
Sementara itu, ungkapnya, perusahaan air mineral dalam kemasan itu masih terus beropresi tanpa peduli kesulitan yang saat ini menimpa ratusan petani dan ribuan masyarakat di sekitarnya.
"Selama ini tidak ada masyarakat atau dari pemerintahan yang bisa mengontrol berapa besar debit air yang digunakan pihak perusahaan tersebut. Menurut hemat saya, kenapa tidak pihak perusahaan menghentikan produksinya untuk sementara," katanya.
Dia menuturkan, seharusnya pihak perusahaan peduli dengan kondisi masyarakat sekitar yang mengandalkan hidup dari hasil pertanian, kesuliatan mendapatkan air, sehingga tidak dapat mengarap sawahnya dan terpaksa membelli air bersih.
Hal senada terucap dari Deni Sunarya, budayawan Cianjur. Dia menilai dengan masih beroperasinya perusahaan air mineral yang baru didirikan setahun di kawasan itu menunjukan tidak peduli terhadap kesulitan masyarakat sekitar.
"Setahu kami sebagian besar mesyarakat di sekitar mulai kesulitan mendapatkan air bersih dan untuk menyirami sawah. Selain sumur mereka kering, debit air sungai mulai berkurang. Sebelum adanya pabrik, mereka tidak pernah merasa kesulitan," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap pihak managemen PT Danone Aqua menghentikan produksi untuk sementara, hingga musim kemarau berlalu, agae masyarakat tidak menuding keberadaan pabrik penyebab sulitnya mendapatkan air.
Corporate Social Responsibility (CSR) Aqua Gekbrong, Nurul Iman, membantah hal tersebut. Dia menjelaskan beroperasinya pabrik tersebut tidak ada kaitan dengan air sungai atau dengan kemarau yang melanda kawasan itu.
"Kesulitan yang terjadi saat ini jangan menyalahkan keberadaan pabrik kami. Proses pengambilan air untuk kemasan itu tidak mengambil air tanah dangkal atau sungai, yang biasa digunakan untuk mengairi sawah," ujarnya.
Air yang digunakan pabrik, tambah dia, adalah air yang keluar sumur bor berkedalaman 60 hingga 120 meter. Debit air yang keluar untuk pabrik itu, ungkap dia, baru 14,5 liter per detik, bukan 25 liter per detik.
sumber : antaranews.com