Wacana konversi bahan bakar minyak ke gas terus bergulir. Wacana tersebut mengharuskan kalau tiap mobil pribadi menggunakan bahan bakar gas sebagai bahan bakarnya. Tapi bila ada yang melakukan konversi sendiri, maka dipastikan kalau garansi mobil akan hilang.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengatakan kalau setiap perubahan mendasar yang dilakukan pada setiap mobil dipastikan akan mengugurkan garansi dari mobil tersebut.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengatakan kalau setiap perubahan mendasar yang dilakukan pada setiap mobil dipastikan akan mengugurkan garansi dari mobil tersebut.
"Garansi akan hilang dengan sendirinya," ungkapnya di Jakarta, Rabu (18/1/2012)
Jongkie lalu mengatakan bahwa sebaiknya semua menunggu dulu regulasi konversi BBM ke BBG yang saat ini sedang digodok pemerintah. Baru kemudian bergerak.
"Kalau mengenai pembatasan Premium kita sebenarnya sudah menyarankan sejak tahun 2005 lalu. Ketika itu, kita sudah mengirim surat resmi ke pemerintah untuk menghapuskan Premium karena spesifikasi mobil sekarang memang sudah mengharuskan minum bensin beroktan minimal 91," jelasnya.
"Tapi kalau untuk gas yang lagi ramai sekarang, kita belum tahu seperti apa pastinya. Apakah yang wajib mobil baru, atau mobil yang sudah ada saja," tambah Jongkie.
Dan yang pasti, bila kebijakan ini mengharuskan setiap merek memproduksi mobil berbahan gas, ada waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasi hal tersebut untuk selanjutnya diwujudkan sebagai bentuk kegiatan produksi.
"Karena setiap merek harus konsultasi dengan prinsipalnya. Setiap prinsipal kan pasti akan merekomendasikan konverter-konverter terbaik yang mereka miliki. Jadi kita tidak bisa sepihak pilih konverter merek tertentu dari negara tertentu," paparnya.
"Konverter itu banyak yang bisa bikin. Dari Italia, Korea, New Zealand, Belanda, India. Tapi kan setiap produk pasti punya spesifikasi tertentu yang direkomendasikan," jelasnya.
Bila hal-hal itu sudah jelas, baru produsen-produsen mobil yang ada di Indonesia bisa mulai menghitung kebutuhannya. "Jadi tidak bisa langsung," pungkasnya.
"Kalau pun nanti setiap mobil harus menggunakan gas, kita ingin konversi dilakukan di bengkel resmi yang ditangani oleh ahli yang sudah disertifikasi. Jadi tidak sembarangan saja, karena ini menyangkut keselamatan," tandasnya.
Presdir PT Toyota-Astra Motor Johnny Darmawan mempertanyakan kesiapan infrastruktur Bahan Bakar Gas yang masih minim di Indonesia.
"Sekarang infrastruktur siap atau tidak? Ada pomnya tidak? Konverter itu gampang kok," ujarnya.
Jika pemerintah menyanggupi menyediakan SPBG, dan gasnya sudah ada, maka produsen bisa saja melakukan konversi.
"Jawabannya kalau semua tersedia segala macam, mudah, karena sebenarnya mereka (pabrikan) sudah punya pengalaman, kalau mau ambil contoh lihat saja ke Thailand, di Thailand sudah ada kok," ujarnya.
Menperin MS Hidayat sebelumnya menuturkan akan mengumpulkan seluruh produsen mobil begitu pembatasan BBM resmi diumumkan pemerintah.
"Saya yakin kalau sudah diputuskan pembatasan itu, seluruh produsen mobil akan dikumpulkan oleh kami dan diberitahukan resmi sehingga desain daripada mesin dan semua itu sudah adaptif terhadap pemanfaatan converter kit," ujarnya.
Sumber: detik.com