Semua orang ingin bisa merasakan berbagai makanan tanpa perlu takut gemuk atau giginya keropos. Meski terdengar mustahil, nyatanya sejumlah peneliti dari Singapura menemukan 'lolipop digital' yang membantu penggunanya untuk mengecap rasa suatu makanan tanpa perlu memakannya.
Lebih tepatnya tim peneliti dari National University of Singapore ini mengembangkan sebuah stimulator rasa digital yang dapat menirukan rasa asin, pahit, asam, dan manis. Alat yang sebenarnya sama sekali tidak berbentuk permen lolipop tersebut menggunakan arus listrik untuk mensimulasikan keempat jenis rasa itu di lidah penggunanya.
Namun meski ketua tim peneliti, Nimesha Ranasinghe mengatakan alat ini masih berupa elektroda yang terhubung ke pusat kontral via laptop, ia juga mengaku tengah berupaya mengubah stimulator menjadi bentuk yang lebih praktik seperti lolipop yang sebenarnya.
Seperti ditulis di situs milik Ranasinghe, alat ini bekerja dengan cara memanipulasi beberapa aliran listrik dan membuat sedikit perubahan pada suhunya agar dapat merangsang lidah pengguna untuk mengecap rasa yang berbeda-beda.
Kepada New Scientist Magazine, mahasiswi jurusan teknik elektro itu juga mengatakan nantinya alat ini diharapkan dapat digunakan untuk menjaga agar orang-orang tetap sehat dengan menyediakan alternatif dari makanan yang sebenarnya.
"Pasien diabetes mungkin bisa memanfaatkan synthesizer rasa ini untuk merangsang sensasi rasa manis tanpa membahayakan kadar gula darah mereka. Begitu pun pada pasien kanker, mereka dapat menggunakannya untuk meningkatkan atau memunculkan lagi sensasi rasa yang biasanya hilang akibat kemo," ungkap Ranasinghe, seperti dilansir ABC News, Selasa (26/11/2013).
Para pakar sepakat jika teknologi synthesizer rasa ini terbilang terobosan baru yang luar biasa karena biasanya dibutuhkan sejumlah zat kimia spesifik untuk menirukan sensasi keempat rasa utama, namun nyatanya alat ini hanya memanfatkan stimulasi listrik, dan ini tentu berguna bagi orang-orang yang tak mau berinteraksi dengan zat-zat tertentu.
"Jika lolipop digital ini dapat berfungsi maka ini bisa membantu meningkatkan atau menekan indera tertentu pada seseorang," kata Randall Reed, direktur Center of Sensory Biology dan seorang profesor di bidang biologi molekuler dari Johns Hopkins University, menanggapi alat ini.
Reed mencontohkan seperti pada penderita Alzheimer, mereka kerapkali mengalami penurunan sistem sensorik, sehingga keberadaan stimulan buatan yang kuat semacam ini berpotensi membantu mempertahankan sensasi rasa yang mereka miliki, alih-alih menggunakan makanan dan minuman biasa.
sumber : detik.com
