Boleh Bikin Film Soekarno, Tapi Jangan Pakai Skrip yang Kita Kasih - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Boleh Bikin Film Soekarno, Tapi Jangan Pakai Skrip yang Kita Kasih


Pihak Rachmawati Soekarnoputri tetap pada pendiriannya yang menuntut agar film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' garapan sutradara Hanung Bramantyo dan Multivision Plus Picture tak boleh beredar. Mereka mengklaim memiliki dasar kuat atas permintaan tersebut.

"Dari awal kita katakan bahwa kita tidak pernah melabelisasi Soekarno hanyalah milik keluarga. Masyarakat silahkan membuat buku, film tentang Soekarno. Silahkan Hanung buat film tentang beliau, tapi jangan pakai skrip yang kita kasih," klaim kuasa hukum Rachmawati, Ramdan Alamsyah saat jumpa pers di Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Jumat (20/9/2013).

"Kekecewaan ini memuncak ketika tokoh yang tidak nasionalis sama sekali, mengakui tidak tahu siapa itu Soekarno kemudian dijadikan tokoh sentral," tutur Ramdan lagi.

Putra Rachmawati, Didi Mahardika ikut angkat bicara. Menurutnya masalah yang utama di samping pemilihan aktor adalah penyelewangan kerjasama.

"Pokok permasalahan adalah cacat hukumnya kontrak itu. Di sini ada penyelewangan dalam kontrak. Jangan dibilang keluarga egois, kita dari keluarga pengennya adil," ujar Didi.

Pihak YPS kemudian memutuskan untuk mengembalikan uang sebesar Rp 200 juta, yang pernah diberikan MVP sebagai uang muka. Sebagai bentuk kekecewaannya, uang tersebut dikembalikan dalam pecahan Rp 10 ribu dan ditaruh di dalam karung beras.

Uang Rp 200 juta dikembalikan pihak Rahmawati dalam karung
"Apapun yang terjadi kita minta agar film ini tidak ditayangkan. Jika memang masih ditayangkan, sudah pasti akan kita gugat ke meja hijau. Hukum di Republik ini masih ada dan tolong dihargai," tambahnya. 

Sementara dalam klarifikasinya, MVP telah menyatakan bahwa mengenai kepemilikan hak cipta, telah disepakati juga, adalah milik pihak MVP Pictures, bukan pihak YPS. Pada awalnya, Rachmawati memberikan dukungan saat pembentukan skenario. 

"Dibuktikan dengan mereka memberikan kuliah tentang sejarah Indonesia dan Bung Karno selama 4 hari, mereka juga meluangkan waktu untuk mengoreksi skenario. Memang banyak terjadi perbedaan pendapat saat pembuatan skenario, namun masih dalam batas normal dan tidak terjadi penyimpangan," demikian bunyi pernyataan MVP yang dirilis dalam situs resmi FIlm Soekarno.

Sumber: detik.com