Keluarga Ini Tinggal di Toilet Umum - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Keluarga Ini Tinggal di Toilet Umum



Kisah hidup manusia yang diwarnai dengan perjuangan tanpa henti meninggalkan jejak yang kadang sulit untuk dipahami.

Di antara jutaan manusia di dunia ini, fenomena kehidupan para keluarga miskin meninggalkan pengalaman sendiri yang kadang unik, mengerikan dan sadis. Namun mereka tidak bisa menghindar dari takdir kehidupan akibat himpitan kemiskinan yang menderanya.

Begitulah dengan kisah hidup yang mendera salah satu keluarga migran yang tinggal di negeri China ini.

Ya seperti pepatah mengatakan tidak ada tempat yang nyaman selain rumah saya, seakan-akan terwujud dari kehidupan keluarga kecil ini. Di antara riuhnya kemajuan teknologi di China, keluarga migran sederhana berasal dari China ini harus tinggal di toilet umum yang sudah ditinggalkan di kota Shenyang.


Zen Lingjun lahir di sebuah desa kecil di provinsi Jilin dari Northeasterb Cina. Sewaktu kecil ia memimpikan suatu hari dapat menduduki bangku kuliah tetapi karena faktor kemiskinan ia harus meninggalkan mimpinya dan puas menjadi tukang sepatu.

Ia memiliki rencana besar untuk dirinya sendiri jadi suatu hari dengan hanya bermodalkan 50 yuan (72.000 rupiah) di sakunya ia berangkat ke Shenyang kota terbesar di timur laut Cina.

Menjadi pekerja keras dan tukang sepatu yang terampil membuatnya bisa bertahan di kota besar dan ia segera memiliki penghasilan sekitar 2.000 yuan (2.9 juta rupiah) per bulan. Tapi dengan penghasilan itu ia merasa belum cukup untuk mendapatkan tempat tinggal.


Enam tahun yang lalu seorang temannya memberitahukan bahwa toilet hotel yang ditinggalkan tersedia untuk disewakan dengan harga yang sangat rendah. Segera Zen meminjam uang yang dibutuhkan dan menyewa toilet tersebut untuk ia huni. Entah bagaimana ruangan yang hanya berukuran 19 meter persegi itu menjadi tempat tinggalnya.


Pada tahun 2008 Zeng Lingjun bertemu istri yang sekarang ia nikahi juga sebagai pekerja migran dan memiliki bayi setelah pernikahannya di tahun 2010. Walau Zen dan keluarga kadang merasa tak tahan dengan bau sekitar tidak membuatnya menyerah dengan keadaan. Sekarang mereka bertiga tinggal dan menikmati kehidupannya bersama.