Berakting panas dan nyaris bugil ternyata sudah ada di Indonesia sejak tahun 1950-an. Meski sebenarnya bukan film yang mengarah ke porno, namun akting dari aktris ini cukup liar.
Tanpa disadari, dari sinilah menjadi pemicu di generasi aktris lainnya. Mengingat di era tersebut yang masing menganggap tabu, namun produser dan khususnya aktris berani menampilkan tubuhnya yang sensual.
Siapa saja para pionir yang berani bugil pertama kali di Indonesia?
1. Nurnaningsih
Mungkin kita asing mendengar namanya. Namun di tahun 1950-1970-an nama Nurnanigsih sangat populer di perfilman Indonesia. Dia memiliki banyak penggemar setelah membintangi film Harimau Tjampa besutan sutardara legendaris H Umar Ismail. Ketenarannya karena berani beradegan bugil di film tersebut dan menimbulkan kontroversi di masyarakat yang masih memandang tabu.
Tak hanya di film, artis yang biasa dipanggil Nur ini juga berani berpose seronok di berbagai majalah. Dia juga membuat kontroversi dengan pendapatnya yang liberal dan belum terpikirkan oleh artis lain.
Dari film Krisis (1953) Nurnaningsih mulai terjun ke dunia film. Dirinya yang sebagai aktris juga sempat menjadi penjahit dan membuka kursus.
Pada 1954 Nurnaningsih menimbulkan kehebohan di masyarakat umum karena berani tampil berani dalam beberapa filmnya yang antara lain disutradarai oleh Usmar Ismail (Krisis) dan Djadug Djayakusuma (Harimau Tjampa). Di beberapa majalah dimuat fotonya yang seronok. Bahkan kemudian foto bugilnya tersebar luas di masyarakat.
Belakangan baru diketahui bahwa foto-foto itu adalah hasil teknik montage, sementara Nurnaningsih sendiri tidak pernah tahu-menahu tentang pembuatannya.Aktris tenar lainnya yang pernah menjadi korban serupa adalah Titien Sumarni dan Netty Herawati.
Pada 1955, adegan ciuman antara Frieda dan S. Bono dalam film Antara Bumi dengan Langit disensor karena reaksi berat dari masyarakat.
Muncul pertama kali dan langsung sukses dalam film Krisis (1953) yang laris. Menyusul kemudian film-film Harimau Tjampa (1953), dan Kelenting Kuning (1954). Sekitar tahun-tahun itu Nurnaningsih pernah dihebohkan sebagai bintang sex Indonesia, yang berani berpose polos diluar film. Setelah menyelesaikan Kebun Binatang (1955) namanya tidak pernah terdengar lagi di dunia film sampai tahun 1967.
Pada 1968 ia muncul kembali sebagai figuran dalam "Djakarta - Hongkong - Macao", kemudian meningkat menjadi Pemain Pembantu dalam film-film Orang Orang Liar (1969), Bernafas Dalam Lumpur (1970), Derita Tiada Akhir (1971), Samtidar (1972).
Sedangkan Seribu Janji Kumenanti (1972) merupakan film pertama yang diperan utamainya sejak pemunculan kembali ke dunia film. Juga muncul dalam Kembang Kembang Plastik (1977), Donat Pahlawan Pandir (1978) dan Bayang-Bayang Kelabu (1979).
Selama menghilang dari dunia film (1955-1967) Nurnaningsih mengembara dari satu kota ke kota lainnya di Indonesia dengan bermain sandiwara dan menyanyi. Juga bermain sepakbola sebagai kiper selama 6 tahun. Di samping itu dia gemar melukis. Selain film, kegiatannya selama tahun-tahun terakhir ini adalah menjadi penjahit serta memberi macam-macam kursus, dari bahasa Inggris sampai memberi pelajaran berhitung kepada anak-anak.
2. Rahayu Effendi
Setelah Nurnaningsih, tongkat estafet bom sex diteruskan oleh Rahayu Effendi. Berbeda dengan Nur yang semi telanjang, Rahayu konon nekat telanjang di film Tante Girang (1974) yang menggemparkan dunia perfilman Indonesia.
Selain film tersebut, Rahayu juga membintangi film lainnya yang tidak menampilkan adegan panas, seperti Bundaku Sayang dan Pacar Pilihan yang masuk nominasi Piala FFI tahun 1975.
Selain film tersebut, Rahayu juga membintangi film lainnya yang tidak menampilkan adegan panas, seperti Bundaku Sayang dan Pacar Pilihan yang masuk nominasi Piala FFI tahun 1975.
Siti Rahayu yang lebih dikenal dengan nama Rahayu Effendi (lahir di Bogor, Jawa Barat, 30 Agustus 1942; umur 70 tahun) adalah pemeran wanita senior Indonesia dan ibu dari pemeran pria dan Wakil Gubernur Jawa Barat saat ini, Dede Yusuf.
Rahayu Effendi adalah aktris senior Indonesia yang terjun sejak tahun 1964, film yang pertama dibintanginya adalah "Pilihan Hati". Ia juga pernah menjadi penari di Istana Negara. Ia juga pernah memenangkan beberapa penghargaan atas karyanya pada ajang FFI dan FSI.
Rahayu Effendi menjalani pendidikan SMA di Bogor, Fakultas Sosial Politik di Universitas Pajajaran (Bandung) lalu kursus peran dan sinematografi di Jakarta. Rahayu Effendi memulai karirnya sebagai penari di Istana Bogor dan pernah juga menjadi pramugari Garuda, dan bermain pertama kali dalam film Pilihan Hati (1964). Sampai tahun 1993, muncul dalam sekitar 70 film, yang sebagian besar sebagai pemain utama.
Mulai pertengahan 1980-an lebih aktif sebagai produser sinetron. Beberapa produksi sinetronnya meraih hadiah di FFI maupun FSI. Hari Depan Masyarakat Asmat Yang Cerah (1985) meraih piala Widya sebagai film dokumenter terbaik pada FFI 1987.
Pemahat Borobudur (episode Jendela Rumah Kita) mendapat piala Vidia sebagai sinetron terbaik pada FSI 1989. Gadis Manis Dalam Gerimis (dari Jendela Rumah Kita), serial per episode lepas terbaik pada FSI 1992, dan Sepeda Anak Pak Ustadz (juga dari Jendela Rumah Kita), cerita drama serial terbaik pada FSI 1994. Puluhan tahun sebelumnya, Yayuk (panggilan akrabnya) masuk nominasi aktris pembantu dalam Pacar Pilihan (1975) pada FFI 1979.
Pemahat Borobudur (episode Jendela Rumah Kita) mendapat piala Vidia sebagai sinetron terbaik pada FSI 1989. Gadis Manis Dalam Gerimis (dari Jendela Rumah Kita), serial per episode lepas terbaik pada FSI 1992, dan Sepeda Anak Pak Ustadz (juga dari Jendela Rumah Kita), cerita drama serial terbaik pada FSI 1994. Puluhan tahun sebelumnya, Yayuk (panggilan akrabnya) masuk nominasi aktris pembantu dalam Pacar Pilihan (1975) pada FFI 1979.
Rahayu adalah formatur persatuan Rumah Produksi (1995).
3. Suzanna
Ketika Rahayu Effendi banyak bermain santun di berbagai film, generasi bom sex diteruskan oleh Suzanna. Bintang legendaris ini ngetop lewat film-film panas dan mistik, salah satunya yang terkenal adalah Bernafas Dalam Lumpur (1970) yang adegan panasnya membuat pria panas dingin saat itu.
Cerita aslinya, "Berenang dalam Lumpur" dimuat bersambung dalam majalah "Varia". Kerja sama dengan Prospex Trading Coy. (Hongkong). Film Indonesia pertama yang menonjolkan seks, perkosaan dan dialog-dialog kasar seperti "daripada dijepitin pintu", "sundel" dll.
Film ini pernah dilarang diputar di Bandung oleh Kodim setempat. Film yang laris dan cukup menghebohkan. Sukses ini membuat produser/sutradaranya membuat lanjutannya menjadi sebuah trilogi.
Film ini pernah dilarang diputar di Bandung oleh Kodim setempat. Film yang laris dan cukup menghebohkan. Sukses ini membuat produser/sutradaranya membuat lanjutannya menjadi sebuah trilogi.
Ia adalah legenda bintang horor kenamaan Indonesia. Berkecimpung di dunia layar perak sejak tahun 1950-an hingga 1990-an. Wanita bergelar The Queen of Indonesian Horror ini popular lewat film-film panas dan mistik.
Cuplikan Film Asmara Dara |
Gadis muda berjulukan The Next Indriati Iskak ini berhasil memukau penonton lewat "Asrama Dara" dan meraih banyak penghargaan, di antaranya The Best Child Actress (Festival Film Asia, Tokyo, 1960), dan Golden Harvest Award.
Sulung dari lima bersaudara yang berdarah Jerman-Belanda-Jawa-Manado ini juga meraih gelar Aktris Terpopuler se-Asia saat Festival Film Asia Pasifik di Seoul tahun 1972. Sayangnya popularitas Suzanna justru diraih dari film-film panas dan mistik. Suzanna berhenti bermain film di awal tahun 1990-an. Namun bukan berarti dia sudah tidak lagi eksis.
Di tahun 2003, di usianya yang menginjak 61 tahun Suzanna berbinar lagi di sinetron "Selma dan Ular Siluman". Suzanna meninggal dunia Rabu, 15 Oktober 2008, setelah lima tahun berjuang melawan penyakit diabetes.
4. Debby Cynthia Dewi
Tahun 1972 muncul film yang kembali menggemparkan masyarakat Indonesia. "Tiada Djalan Lain" besutan sutradara Hasmanan ini menampilkan degan panas. Film yang diperani oleh Debby Cintia Dewi ini beradu peran dengan aktor Mandarin Alan Teng Kuang Yung. Rumornya, saat pengambilan adegan ranjang yang berada di lokasi hanya ada sutradara, juru kamera, Debby dan Alan.
Produksi kerjasama dengan Hongkong ini sempat membuat ricuh organisasi film Indonesia yang menarik kembali rekomendasinya. Juga film ini sempat dilarang beredar di seluruh Indonesia oleh Jaksa Agung RI dengan alasan bisa merusak kepribadian Indonesia, karena terlalu banyak menonjolkan kemewahan.
Alan Teng Kuang Yung |
Debby merupakan aktris yang memulai karirnya lewat film yang berjudul "Tiada Jalan Lain" tahun 1972. Nama Debby juga didukung dengan nama adiknya, Rini S. Bono. Debby adalah anak dari aktor S. Bono dan kakak dari aktris Rini S. Bono (mantan istri penyanyi rock Ahmad Albar).
Selama berperan di perfilman, Deby sering berperan dalam film drama, aksi, dan komedi. Nama Debby Cynthia Dewi melambung lewat filmnya "Tiada Jalan Lain" pada tahun 1972, bermain dengan aktor terkenal dari Taiwan Teng Kuang Yung yang sangat populer di era itu.
Di film keduanya, Yati Octavia memberanikan bertelanjang dada di Intan Perawan Kubu. Di film itu dia memerankan anak dari kepala suku Kubu. Film panas lainnya adalah Yang Muda Yang Bercinta yang kembali menghebohkan dunia perfilman Indoensia.
Yati Octavia (lahir di Jakarta, 20 Oktober 1954; umur 58 tahun) adalah satu pemeran senior Indonesia di era 80-an. Ia adalah istri dari pemeran senior Indonesia lainnya Pangky Suwito.
Pada era emas film Indonesia, artis Yati Octavia adalah artis terlaris dan termahal, ia sempat dijuluki si ratu film karena banyak penggemarnya. Untuk setiap film ia sempat menerima honor lebih dari 5 juta rupiah bersama dengan aktor Roy Marten, Roby Sugara, Yenny Rachman dan Doris Callebaute. Film yang paling menghebohkan adalah film Rahasia Perkawinan, karena Yati Octavia bersedia untuk digundul kepalanya.
Octavia mempunyai seorang putera pertama (Tesar) dari perkawinan dengan almarhum Syamsudin dan tiga putra dengan suami kedua Pangky Suwito. Ia sampai sekarang masih aktif di film-film sinetron.