Menjalani long distance relationship (LDR) memang tidak semudah hubungan asmara pada umumnya. Perbedaan jarak dan waktu sangat memungkinkan hubungan jarak jauh lebih rentan akan perpisahan karena jarangnya intensitas pertemuan.
Psikolog Anna Surti Ariani S.Psi.M.Si. pun tak menampik kalau kendala saat menjalani LDR bisa bermacam-macam. Semakin jauh jarak, tantangannya akan semakin beragam.
"Biasanya kalau (hubungan) jarak jauh macam-macam, ada yang masih satu propinsi tapi beda kota, beda pulau atau beda negara. Jadi biasanya semakin jauh, itu kan semakin beda pola hidup, jam. Biasanya itu jadi masalah besar," ungkap wanita yang biasa disapa Nina ini, saat diwawancarai.
Nina pun memaparkan sejumlah kendala yang biasanya dihadapi pasangan yang menjalani LDR, berikut ini.
1. Perbedaan Waktu
Bagi pasangan yang terpisah antar benua (mis: Asia dan Amerika), perbedaan waktu menjadi kendala yang cukup besar dalam hal komunikasi. Bukan semata-mata karena perbedaan waktu secara fisik, tapi juga mental masing-masing pasangan.
Nina mencontohkan, "Saat kita lagi on untuk ngobrol, mungkin dianya sudah capek. Ketika dia sudah nyaman kita yang nggak siap untuk bicara. Padahal saat bicara bukan hanya kangen-kangenan tapi mungkin untuk membicarakan masalah. Bahkan sekadar untuk bicara aja harus nunggu. Jauh lebih ribet. Waktu sih yang paling terasa."
2. Perbedaan Kebiasaan
Hal ini terjadi jika pria tinggal di kota kecil atau desa, sementara si wanita menetap di kota metropolitan atau sebaliknya. Perbedaan kebiasaan juga bisa dialami pasangan yang tinggal di negara dengan kebudayaan yang jauh berbeda.
"Di Indonesia, (terbiasa) salam-salaman ke orang sebelah, rukun, saling sapa. Tapi mungkin di negara lain beda. Satunya rukun-rukun, satunya lebih individualistis. Jadi dia agak kesulitan membayangkan apa yang dialami oleh pasangannya," tutur psikolog yang sehari-harinya praktek di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Medicare Clinic, Menara Kadin, Kuningan ini.
Perbedaan itu yang terkadang membuat hal-hal yang biasanya sepele menjadi lebih besar. Sebagai contoh, di Indonesia khususnya kompleks perumahan, kita bisa menitipkan kunci rumah pada tetangga jika meninggalkannya dalam keadaan kosong. Sementara di Negara lain hal tersebut mustahil dilakukan. Hal sekecil itupun bisa menjadi perdebatan yang sulit ditemukan ujung penyelesaiannya.
3. Kesulitan Komunikasi
Menurut Nina, masalah yang paling dikeluhkan pasangan LDR adalah kesulitan komunikasi. Khususnya bagi yang tinggal di daerah terpencil yang sulit mendapatkan sinyal telepon, komunikasi menjadi kendala yang terbesar.
"Ada klien saya pasangannya di daerah, nggak bisa dapat sinyal sehingga nggak bisa komunikasi. Harus jalan berapa kilo dulu. (Sumber) listrik yang relatif terbatas, sehingga selalu tidak bisa charge handphone. Kadang juga jadi masalah, bisa berpengaruh terhadap pola pikir," ungkap wanita yang kerap mengisi kolom konsultasi untuk beberapa majalah gaya hidup ini.
Nina menambahkan, meskipun kini ada berbagai macam teknologi yang memungkinkan komunikasi jarak jauh bisa dilakukan lebih intens, perbedaan pemahaman bahasa juga bisa terjadi. Hal ini dikarenakan terbatasnya pasangan berbicara langsung melalui telepon akibat mahalnya biaya.
"Kita cenderung susah mengemukakan (perasaan) lewat tulisan, email, SMS atau BBM. Memang lebih murah dibandingkan telepon langsung tapi komunikasi non-verbal jadi sulit disampaikan dan sulit ditangkap. Ada hal-hal non verbal yang tidak tertangkap karena komunikasi jadi tertulis," tuturnya.
Hal-hal non-verbal tersebut biasanya berupa intonasi suara, ekspresi wajah serta tubuh. Saat kekasih di seberang sana menjawab pesan teks dengan singkat sementara kita mengharapkan jawaban yang lebih panjang, bisa terjadi anggapan keliru bahwa dia malas membalas SMS atau BBM Anda. Padahal mungkin saja karena si dia sedang sibuk sehingga tidak bisa mengetik teks terlalu panjang.
sumber : detik.com