Pengembang mengaku, setiap tahun harga rumah naik dan menjadi lebih mahal. Mereka mengelak jika pihaknya yang dituding masyarakat menaikkan harga rumah.
Perlu dipahami, bahwa tiap tahun harga rumah itu naik karena disebabkan kenaikan harga bahan bangunan, terutama semen.
"Perlu dipahami, bahwa tiap tahun harga rumah itu naik karena disebabkan kenaikan harga bahan bangunan, terutama semen," kata Ketua umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Indonesia, Setyo Maharso, di acara talk show "Siasat Bank dan Pengembang untuk Menopang Daya Beli Konsumen di Jakarta, Rabu (2/5/2012).
Setyo mengatakan, asosiasi industri semen menaikkan harga semen tanpa diketahui oleh pengembang. Kenaikan harganya bisa dipastikan terjadi setiap tahun. Padahal, lanjut dia, keberadaan semen sebagai bahan baku utama pembangunan rumah sangat penting.
Pemakaian semen untuk rumah sederhana misalnya, kata Setyo, membutuhkan 20% semen. Apalagi, bila semen digunakan untuk rumah lebih besar lagi, maka persentase penggunaannya juga semakin tinggi.
Selain kenaikan harga semen, Setyo mengatakan, harga rumah jadi mahal akibat kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten dan kota.
"Ini harus dipahami, mengapa tiap tahun harga rumah menjadi naik. Karena kondisi di lapangan, pengembang kerap disalahkan oleh konsumen," katanya
Pasar properti memang ramai pada semester awal tahun ini. Namun demikian, pengembang juga harus mengantisipasi kenaikan harga bahan bangunan karena harga sejumlah produk seperti cat, keramik, dan saniter, maupun semen, naik rata-rata sebesar 10 persen.
Biasanya tiap tahun rata-rata kenaikan harga bahan bangunan sebesar lima sampai sepuluh persen. Tapi tahun ini, baru tengah tahun bahan bangunan sudah naik sepuluh.
Indra Gunawan, Marketing and Merchandise PT Catur Mitra Sejati Sentosa (Mitra 10) mengatakan, perubahan tersebut terasa sejak awal tahun ini.
"Biasanya tiap tahun rata-rata kenaikan harga bahan bangunan sebesar 5 % - 10 %. Tapi tahun ini, baru tengah tahun bahan bangunan sudah naik 10%," jelas Indra, Kamis (23/6/2011).
Harga cat juga begitu. Untuk kelas menengah, harga cat saat ini naik 10 % yang terhitung sejak awal tahun.
Produk keramik kelas atas kini dijual Rp 60.000 - Rp 70.000 per dus. Untuk kelas menengah, harga keramik di kisaran harga dari Rp 30.000-Rp60.000 per dus.
Sementara untuk saniter, mulai dari kloset hingga wastafel, harganya naik 8 % - 10 %. Satu unit kloset ada yang dilego sampai sekitar Rp 4 juta.
Indra berpendapat, kenaikan harga bahan bangunan ini dilatari kenaikan harga bahan baku dunia. Misalnya latex, bahan baku pembuatan cat, yang dua tahun belakangan ini harganya melambung hingga 50 %.
"Kami sendiri harusnya menaikkan harga jual sejak tahun lalu, tapi karena ada stok jadi bisa ditahan," keluh dia.
Johannes Mardjuki, Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk., tak menampik harga properti naik 15 % - 20 % saat ini. Namun, itu belum dipicu kenaikan harga bahan bangunan.
"Untuk komponen barang penting harus kontrak enam bulan sampai satu tahun. Kami sudah antisipasi," kata Johannes.
Dia mengakui, harga properti dinaikkan di awal peluncuran. Pada periode Januari hingga Mei ini permintaan properti, mulai perkantoran sampai perumahan naik berkisar 20 % - 25 % dibandingkan periode sama di tahun lalu.
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso bilang, kenaikan harga bahan bangunan saat ini masih bisa dikendalikan. Kenaikan harga besi, menurut dia, belum mempengaruhi permintaan atau harga jual properti. Adapun besi berkontribusi 40 % dari total biaya pembangunan.
Sumber : kompas.com