Jakarta - Sesuatu yang berwarna oranye dalam kecelakaan pesawat pasti akan menyedot perhatian. Sebab bisa jadi sesuatu oranye itu adalah black box pesawat. Nah, jika namanya black box alias kotak hitam, mengapa warnanya oranye?
"Black box adalah sesuatu yang hitam, diartikan sesuatu yang mengandung misteri. Kenapa warnanya oranye? Karena itu yang paling mencolok di mata. Warnanya tidak kamuflase," ujar analis black box Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Nugroho Budi, kepada detikcom, di Kantor KNKT, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (15/5/2012).
Menurut Kasubag Pelayanan Investigasi dan Penelitian KNKT, Moch Haryoko beberapa waktu lalu, warna oranye ini merupakan standar yang telah ditetapkan International Civil Association Organization (ICAO). Nah, Black box dalam setiap pesawat ada dua macam. Keduanya terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah kotak yang menghubungkan black box dengan instrumen yang akan direkam. Kedua adalah kotak tempat alat untuk merekam berada seperti kaset, CD, atau chip. Sedangkan yang bundar adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang bisa dilacak sinyalnya apabila pesawat jatuh ke dalam air.
Cockpit Voice Recorder (CVR) berukuran 30 x 12,5 cm. Alat ini untuk merekam percakapan pilot, kopilot, pilot dengan ATC, serta para awak pesawat. Sedangkan yang satunya bernama Flight Data Recorder (FDR) berukuran 49 x 12,5 cm. Alat ini merekam data-data teknis pesawat seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, auto pilot dan lain-lain. Ada 5 sampai 300 parameter data penerbangan yang direkam dalam black box ini.
Durasi perekaman untuk CVR adalah 30 menit. Maksudnya setiap 30 menit data percakapan akan terhapus dan diganti dengan yang baru secara otomatis. Sedangkan FDR mempunyai durasi rekaman hingga 25-30 jam. Artinya setelah 25-30 jam, data akan terhapus dengan sendirinya. CVR dan FDR ini akan hidup secara otomatis apabila mesin pesawat dihidupkan.
Data yang diperoleh lantas ditampilkan dalam bentuk grafik maupun transkrip apabila data tersebut berupa percakapan. Kemudian data bisa divisualkan dengan animasi melalui software, yang salah satunya bernama Insight View. Dengan demikian bisa diperkirakan posisi pesawat terakhir sebelum kecelakaan.
Budi menjelaskan, CVR memiliki 4 channel. Chanel 1 terhubung dengan pengeras suara yang biasa digunakan pramugari kepada penumpang. Chanel 2 dari kokpit, chanel 3 dari pilot yang terhubung dengan air traffic controller (ATC), dan chanel 4 merekam seputar kokpit (misalnya mesin yang berisik atau hujan). Singkatnya CVR adalah perekam yang dihubungkan dengan sistem audio.
"CVR dan FDR diletakkan di bagian pesawat yang paling aman yaitu di ekor pesawat. Di ekor karena kalau ada apa2 dia tidak frontal. Sudah ada studi bahwa area yang paling aman adalah bagian ekor pesawat," terang Budi.
Nah, jika black box ini jatuh ke laut, karena ada ULB maka posisinya bisa terdeteksi. ULB ini merupakan transmitor yang akan memancarkan gelombang akustik untuk memudahkan pendeteksian.
Black box sengaja didesain untuk tahan air, tahan benturan, dan tahan panas. Benda ini bisa tahan air sampai dengan 2 bulan. "Tahan panas bisa sampai 1.000 derajat, tapi dalam waktu terbatas, tidak terus menerus seribu derajat. Kalau black box rusak itu artinya rusak luarnya. Memorinya tidak," terang Budi.
Tidak sembarang orang bisa mengakses data black box. Bahkan pilot pun tidak boleh mengaksesnya. Demikian halnya dengan orang KNKT pun tidak boleh asal. Selain itu dalam mengungkap data black box, peneliti tidak bisa disuap.
Meski warna standarnya oranye, kondisi black box Sukhoi Superjet 100 yang ditemukan kemarin, dalam keadaan berwarna hitam gosong karena terbakar. Kini, benda tersebut sudah diamankan oleh TNI dan segera diserahkan ke KNKT.
Sumber : detik.com