Paula Dini (15) masih sempat berteriak beberapa kali memanggil ibunya, Tresia, sebelum ajal menjemputnya.
Dini menjadi korban kekejaman ayahnya sendiri, YU (45), yang gelap mata membacoknya menggunakan parang, saat Dini masih terlelap.
"Mama, mama...," begitu teriakan Dini yang terdengar oleh dua adiknya, Muso Untung (12) dan Kukus (9), saat kejadian, Rabu (7/3/2011) sekitar pukul 00.15 WIB.
Warga Dusun Rees, Desa Rees, Kecamatan Menjalin Kabupaten Landak, Kalimantan Barat seketika geger. Dini ditemukan terbaring tak bernyawa dengan luka bacokan di kepala, leher, dan tangan.
Dini menjadi korban kekejaman ayahnya sendiri, YU (45), yang gelap mata membacoknya menggunakan parang, saat Dini masih terlelap.
"Mama, mama...," begitu teriakan Dini yang terdengar oleh dua adiknya, Muso Untung (12) dan Kukus (9), saat kejadian, Rabu (7/3/2011) sekitar pukul 00.15 WIB.
Warga Dusun Rees, Desa Rees, Kecamatan Menjalin Kabupaten Landak, Kalimantan Barat seketika geger. Dini ditemukan terbaring tak bernyawa dengan luka bacokan di kepala, leher, dan tangan.
Sedangkan ayahnya, YU, masih memegang parang berlumuran darah. Enam warga dusun sempat berkutat dengan YU, sebelum berhasil melumpuhkannya. Mereka kemudian menyerahkan YU ke Polsek Menjalin.
Saat kejadian, Tresia (38), ibu Dini, sedang tidak ada di rumah. Ia menginap di rumah saudaranya di Menjalin, sehabis memeriksakan diri ke RS Mempawah terkait penyakit gondok beracun yang dideritanya selama setahun terakhir.
Pada pukul 20.00 WIB, YU meminta anaknya, Untung, membelikan arak di toko. Arak itu diantarkan ke YU yang sedang menonton TV di rumah tetangga.
Untung tak tahu pukul berapa ayahnya kembali ke rumah. Di kamar depan, YU tidur bersama Untung dan Kukus. Sedangkan di kamar belakang, Dini tidur bersama adiknya, Deliana Resmi (7).
Sekitar pukul 23.30 WIB, Untung terbangun. Ia melihat ayahnya sudah berdiri kemudian beranjak ke dapur, mengambil parang.
YU dilihatnya membuka kamar Dini. Untung, dan Kukus yang juga terbangun, mendengar ada suara ribut dari kamar Dini. Ia mengira ayahnya sedang memukul binatang liar.
Namun, saat hampir bersamaan, Untung dan Kukus mendengar suara teriakan Dini. "Mama, mama...," begitu suara teriakan Dini.
Untung segera keluar dan masuk ke kamar Dini. Ia melihat tubuh kakaknya sudah berlumuran darah di atas tempat tidur, dengan beberapa luka di bagian belakang.
Ayahnya, yang sudah keluar sebelum Untung masuk kamar, sudah berada di dapur. Untung mengejarnya dan menanyakan mengapa melakukan hal itu.
"Bapak marah, kepala saya dipukulnya. Saya dan Kukus lari lewat pintu belakang. Saya takut, sebab bapak juga ingin membunuh kami," kata Untung.
Untung meminta pertolongan kepada tetangganya. Kebetulan, masih ada yang menonton TV. Mereka pun mengamankan YU yang sedang mengejar anaknya.
"Saya tidak kuat melihatnya (jenazah Dini)," ujar Tresia yang hanya mengurung diri dalam kamar sebelah jenazah Dini diletakkan.
Sampai Rabu sore, jenazah Dini belum dikebumikan, sebab masih menunggu kedatangan kakaknya, Lita (17), dari Ngabang. Lita sekolah SMK, sedang praktik magang.
"Biarlah dia dipenjara. Saya sangat kesal pada perbuatannya. Entah setan apa yang sudah merasukinya sampai dia tega membunuh Dini," imbuh Tresia
Kapolres Landak Hotma Victor Sihombing mengatakan, pada Rabu malam YU dibawa ke Polres Landak untuk dijalani pemeriksaan mendalam.
Saat kejadian, Tresia (38), ibu Dini, sedang tidak ada di rumah. Ia menginap di rumah saudaranya di Menjalin, sehabis memeriksakan diri ke RS Mempawah terkait penyakit gondok beracun yang dideritanya selama setahun terakhir.
Pada pukul 20.00 WIB, YU meminta anaknya, Untung, membelikan arak di toko. Arak itu diantarkan ke YU yang sedang menonton TV di rumah tetangga.
Untung tak tahu pukul berapa ayahnya kembali ke rumah. Di kamar depan, YU tidur bersama Untung dan Kukus. Sedangkan di kamar belakang, Dini tidur bersama adiknya, Deliana Resmi (7).
Sekitar pukul 23.30 WIB, Untung terbangun. Ia melihat ayahnya sudah berdiri kemudian beranjak ke dapur, mengambil parang.
YU dilihatnya membuka kamar Dini. Untung, dan Kukus yang juga terbangun, mendengar ada suara ribut dari kamar Dini. Ia mengira ayahnya sedang memukul binatang liar.
Namun, saat hampir bersamaan, Untung dan Kukus mendengar suara teriakan Dini. "Mama, mama...," begitu suara teriakan Dini.
Untung segera keluar dan masuk ke kamar Dini. Ia melihat tubuh kakaknya sudah berlumuran darah di atas tempat tidur, dengan beberapa luka di bagian belakang.
Ayahnya, yang sudah keluar sebelum Untung masuk kamar, sudah berada di dapur. Untung mengejarnya dan menanyakan mengapa melakukan hal itu.
"Bapak marah, kepala saya dipukulnya. Saya dan Kukus lari lewat pintu belakang. Saya takut, sebab bapak juga ingin membunuh kami," kata Untung.
Untung meminta pertolongan kepada tetangganya. Kebetulan, masih ada yang menonton TV. Mereka pun mengamankan YU yang sedang mengejar anaknya.
"Saya tidak kuat melihatnya (jenazah Dini)," ujar Tresia yang hanya mengurung diri dalam kamar sebelah jenazah Dini diletakkan.
Sampai Rabu sore, jenazah Dini belum dikebumikan, sebab masih menunggu kedatangan kakaknya, Lita (17), dari Ngabang. Lita sekolah SMK, sedang praktik magang.
"Biarlah dia dipenjara. Saya sangat kesal pada perbuatannya. Entah setan apa yang sudah merasukinya sampai dia tega membunuh Dini," imbuh Tresia
Kapolres Landak Hotma Victor Sihombing mengatakan, pada Rabu malam YU dibawa ke Polres Landak untuk dijalani pemeriksaan mendalam.
Sumber: id.berita.yahoo.com