Rencana Proyek kereta api (KA) super cepat Jakarta - Surabaya dua jam kelihatannya bukan hanya mimpi. Saat ini proyek KA supercepat memasuki tahap perencanaan. Proyek yang membutuhkan investasi sekitar 20 miliar dollar AS atau sekitar Rp 180 triliun, akan didanai oleh Jepang dengan masa waktu pengembalian 40 tahun.
Menurut keterangan Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan, untuk kontruksinya, proyek KA super cepat ini akan menelan dana 14,3 miliar dollar AS dan ditambah detail engineering design sekitar 5 miliar dollar AS. Totalnya diperkirakan mencapai 20 miliar dollar atau Rp 180 triliun.
"Kita akan buat rencana yang jelas dan rencana itu sangat masuk akal untuk di realisasikan. Sudah ada pembicaraan awal dengan pihak Jepang dengan loan (pinjaman) selama 40 tahun," kata Tundjung dalam situs Kementerian Perhubungan, Selasa (21/2).
Menurut Tandjung, pembangunan kereta api super cepat Argo Cahaya sekelas kereta Shinkansen di Jepang. Proyek ini bukan proyek mimpi. Pihak Kementerian Perhubungan bersama Jepang sudah melakukan studi kelayakan sejak 2008. Kereta ini akan melayani rute Jakarta-Surabaya sepanjang 685 kilometer (km) dan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam 53 menit.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, jalur Jakarta-Surabaya dipilih untuk proyek ini karena dapat menghubungkan dua pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, sehingga akan menghidupkan kota-kota lainnya yang dilalui. Jadi proyek KA super cepat ini mengikuti sejumlah negara lainnya, seperti di Jepang menghubungkan Tokyo dan Osaka, di China menghubungkan Beijing dan Shanghai dan di Amerika Serikat menghubungkan Boston dan Washington.
Dalam studi awal kereta super cepat ini, kecepatan maksimal mencapai 300 km/jam dan rata-rata 250 km/jam. Rangkaian kereta super cepat Argo Cahaya akan digerakkan listrik. Rencananya satu rangkaian terdiri dari 8-12 gerbong yang akan mampu mengangkut 600 penumpang. Pembangunannya membutuhkan jalur melayang atau elevated, sehingga menghindari persinggungan dengan kendaraan bermotor di jalan raya.
Dari studi awal, biaya pengerjaan per kilometernya kira-kira mencapai US$ 29 juta-US$30 juta/Km atau Rp 261 miliar per Km. Di China mencapai Rp 223 miliar/Km, di Taipei Rp 331 miliar/Km. Untuk membangunnya diperlukan waktu sekitar 10 tahun yang terbagi dalam tiga periode, yakni, tiga tahun untuk masa desain, 5-6 tahun untuk konstruksi, dan sisanya untuk uji coba. Di negara tetangga juga sudah ada yang melakukan kajian untuk membangun kereta super cepat ini, yakni Malaysia dan Thailand.
Perusahaan yang mengoperasikan kereta api cepat tersebut nantinya bisa PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau juga swasta. Harga tiketnya nanti lebih murah dari pesawat dan tidak akan mematikan kereta api jarak jauh lainnya karena pangsa pasarnya jelas berbeda. Nantinya proyek ini direncanakan menggunakan skema private public partnership (PPP) atau kerjasama pemerintah swasta.
"Kita akan buat rencana yang jelas dan rencana itu sangat masuk akal untuk di realisasikan. Sudah ada pembicaraan awal dengan pihak Jepang dengan loan (pinjaman) selama 40 tahun," kata Tundjung dalam situs Kementerian Perhubungan, Selasa (21/2).
Menurut Tandjung, pembangunan kereta api super cepat Argo Cahaya sekelas kereta Shinkansen di Jepang. Proyek ini bukan proyek mimpi. Pihak Kementerian Perhubungan bersama Jepang sudah melakukan studi kelayakan sejak 2008. Kereta ini akan melayani rute Jakarta-Surabaya sepanjang 685 kilometer (km) dan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam 53 menit.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, jalur Jakarta-Surabaya dipilih untuk proyek ini karena dapat menghubungkan dua pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, sehingga akan menghidupkan kota-kota lainnya yang dilalui. Jadi proyek KA super cepat ini mengikuti sejumlah negara lainnya, seperti di Jepang menghubungkan Tokyo dan Osaka, di China menghubungkan Beijing dan Shanghai dan di Amerika Serikat menghubungkan Boston dan Washington.
Dalam studi awal kereta super cepat ini, kecepatan maksimal mencapai 300 km/jam dan rata-rata 250 km/jam. Rangkaian kereta super cepat Argo Cahaya akan digerakkan listrik. Rencananya satu rangkaian terdiri dari 8-12 gerbong yang akan mampu mengangkut 600 penumpang. Pembangunannya membutuhkan jalur melayang atau elevated, sehingga menghindari persinggungan dengan kendaraan bermotor di jalan raya.
Dari studi awal, biaya pengerjaan per kilometernya kira-kira mencapai US$ 29 juta-US$30 juta/Km atau Rp 261 miliar per Km. Di China mencapai Rp 223 miliar/Km, di Taipei Rp 331 miliar/Km. Untuk membangunnya diperlukan waktu sekitar 10 tahun yang terbagi dalam tiga periode, yakni, tiga tahun untuk masa desain, 5-6 tahun untuk konstruksi, dan sisanya untuk uji coba. Di negara tetangga juga sudah ada yang melakukan kajian untuk membangun kereta super cepat ini, yakni Malaysia dan Thailand.
Perusahaan yang mengoperasikan kereta api cepat tersebut nantinya bisa PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau juga swasta. Harga tiketnya nanti lebih murah dari pesawat dan tidak akan mematikan kereta api jarak jauh lainnya karena pangsa pasarnya jelas berbeda. Nantinya proyek ini direncanakan menggunakan skema private public partnership (PPP) atau kerjasama pemerintah swasta.
Sumber: id.berita.yahoo.com