Pengakuan Korban Selamat usai Diracun Gay Pembantai 15 Orang - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Pengakuan Korban Selamat usai Diracun Gay Pembantai 15 Orang


Anton F Sumarsono, korban selamat aksi pembunuhan berantai 15 orang yang dilakukan Mujianto alias Genthong alias Anto di Nganjuk, Jawa Timur, berkali-kali menguncapkan rasa syukur.

Ia tak menyangka masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan. Sebab, setelah menenggak minuman dan makanan yang diberi racun tikus, perutnya sakit melilit dan kepala pusing hingga terasa mau mati.
 
Saat ditemui di tempat tinggalnya, rumah susun sewa sederhana (rusunawa) Dusun Begolan RT 7 RW 3, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Solo, pria 47 tahun itu terlihat sudah sehat.

Padahal sebelumnya ia mendapatkan perawatan intensif dari tim medis RS Bayangkara, Kediri selama dua hari. Namun sisa-sisa racun itu masih terasa ditubuhnya karena masih lemas.

Sambil menghisap sebatang rokok dalam-dalam, pria berkumis ini mencoba mengingat-ingat peristiwa yang masih membuatnya trauma itu.

Semua berawal saat ponsel miliknya mendapat kiriman pesan singkat dari nomor asing yang belakangan diketahui milik Mujianto, si tersangka kasus pembunuhan berantai.
“Sabtu (11/2/2012) pagi saya mendapatkan SMS dari nomor asing. Orang itu mengajak saya ketemuan di Nganjuk,” katanya kepada Tribun Jogja, Rabu (15/2/2012).

Dalam pesan singkat itu, si pengirim mengaku bernama Pardin. Tanpa pikir panjang, pria yang akrab disapa Soni ini langsung menuruti ajakan orang asing itu karena diajak untuk berbisnis.

Jadilah ia hari itu juga berangkat ke Nganjuk dari Solo menggunakan angkutan bus umum. Perjalanannya dari Solo menuju di tempat yang telah ditentukan dipandu oleh Pardin melalui pesan-pesan singkatnya.

“Kira-kira ada delapan SMS yang masuk sampai saya tiba di Stadion Nganjuk, lokasi pertemuan. Saya seperti terhipnotis. Saya sendiri juga bingung, kok bisa-bisanya menuruti,” ujar pria berkulit bersih ini sambil menghela napas dalam-dalam.

Setiba di Stadion Nganjuk, ia kemudian dijemput oleh seseorang yang mengaku utusan Pardin bernama Raditio. Ternyata, Raditio adalah penyamaran dari Mujianto.

Tanpa menaruh curiga, ia mau saja diajak jalan-jalan berboncengan dengan menaiki sepeda motor oleh Raditio.
Setelah lelah berputar-putar, Raditio berhenti di sebuah warung makan sekaligus mentraktirnya segelas teh hangat dan nasi pecel sekitar pukul 17.30 WIB waktu setempat. Sebelum menyantap makanan tadi, ia pergi ke kamar kecil.

“Mungkin pas saya ke kamar kecil itu lah racun tikus dimasukkan. Sebab saat saya minum, tehnya rasanya aneh. Pecelnya juga tidak enak. Saya tak habis memakannya,” kata Anton lagi. Usai melepas lelah di warung tadi, keduanya pun melanjutkan perjalanan. Namun di tengah perjalanan Anton merasakan mulas yang teramat sangat di perut.

Perutnya seperti terbakar dan tubuhnya lemas. Oleh si Raditio, Anton lantas dititipkan pada sebuah rumah warga di Desa Baleturi, Prambon, Nganjuk.

Saat hampir sekarat itulah Raditio membawa pergi tas miliknya berisi uang tunai Rp 550.000, telepon seluler dan dokumen berharga. “Kalau setengah jam saja saya terlambat ditangani medis, pasti nyawa sudah melayang. Saya sangat bersyukur ada warga yang menolong dan membawa ke rumah sakit,” ucapnya.