Dalam dua tahun terakhir, investasi hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia 'menguap' sia-sia senilai US$ 1,24 miliar atau Rp 11,16 triliun. Akibat kegiatan pengeboran sumur minyak yang ternyata tak menghasilkan apa-apa atau diistilahkan dry hole.
Kepala BP Migas R. Priyono mengatakan, hal tersebut menandakan tingginya risiko investasi di sektor hulu migas di Indonesia. Dikatakan Priyono, semua investasi tersebut ditanggung sepenuhnya oleh investor karena cost recovery hanya akan dibayarkan pemerintah apabila lapangan migas sudah berproduksi.
Kepala BP Migas R. Priyono mengatakan, hal tersebut menandakan tingginya risiko investasi di sektor hulu migas di Indonesia. Dikatakan Priyono, semua investasi tersebut ditanggung sepenuhnya oleh investor karena cost recovery hanya akan dibayarkan pemerintah apabila lapangan migas sudah berproduksi.
Dry hole merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan eksplorasi yang tidak berhasil menemukan cadangan migas yang cukup ekonomis untuk dikembangkan.
"Tingginya resiko saat eksplorasi membuat banyak investor tidak berani, karena apabila tidak berhasil, mereka bisa kehilangan seluruh investasi. Disinilah kita melihat kita masih sangat membutuhkan investasi asing," ujar Priyono dikutip dari situs BP Migas, Kamis (2/2/2012).
BP Migas mencatat, di 2010 terdapat kejadian dry hole di 30 sumur dengan kehilangan investasi mencapai US$ 776 juta. Sedangkan di 2011, jumlah sumur dry hole mencapai 12 sumuur dengan total investasi yang hilang mencapai US$ 461 juta.
Dicontohkan Priyono, kejadian dry hole di Blok Semai 2 di Papua. Pertamina sempat memprotes saat kontraktor swasta terpilih sebagai operator blok tersebut beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi, sekarang terbukti eksplorasi di sana tidak menemukan cadangan yang komersial.
"Bisa dibayangkan apabila Pertamina masuk ke Semai 2, Pertamina bisa kehilangan US$ 200 juta dalam waktu 6 bulan. Dengan hanya memiliki sebagian partisipasi (participating interest) di blok tersebut, Pertamina tidak harus menanggung kerugian sebesar itu," ujar Priyono.
Sumber: detik.com