Sejak tahun 2012, WhatsApp selalu mengatakan kalau mereka tidak berniat untuk mencari keuntungan dengan menampilkan iklan di aplikasi chat mereka. Dalam sebuah pernyataan di blog resmi mereka, WhatsApp juga menegaskan kalau mereka tidak tertarik sama sekali menggunakan data pribadi pengguna untuk kepentingan bisnis.
Namun komitmen tersebut sepertinya sudah mulai berubah. Pada tanggal 25 Agustus 2016 kemarin, WhatsApp mengumumkan kalau mereka akan mulai membagikan data pribadi pengguna mereka kepada Facebook, yang kini merupakan pemilik mereka. Data pribadi yang dimaksud adalah nomor telepon pengguna, serta jenis perangkat dan sistem operasi yang digunakan.
“Facebook akan bisa memberikan saran pertemanan yang lebih tepat, serta menampilkan iklan yang lebih relevan untuk kamu. Sebagai contoh, kamu akan mulai melihat iklan dari perusahaan yang kamu kenal (dari komunikasi di WhatsApp), dan tidak lagi melihat iklan dari perusahaan yang tidak kamu ketahui,” tutur WhatsApp dalam pengumuman mereka.
Semua percakapan pengguna di WhatsApp memang tetap akan terlindungi dari penyadapan pemerintah atau pihak lain karena enkripsi end-to-end yang diterapkan. Namun keputusan WhatsApp untuk membagikan data pengguna kepada Facebook tetap menimbulkan kecurigaan kalau aplikasi chat tersebut nantinya akan mengorbankan privasi pengguna mereka demi kepentingan bisnis.
Kecurigaan tersebut diperkuat dengan pernyataan WhatsApp yang mengatakan kalau mereka akan menguji coba untuk menghubungkan para pengguna mereka dengan “pemilik bisnis”. Terkait hubungan yang dimaksud, WhatsApp mengambil contoh pesan yang biasa dikirimkan bank tentang kemungkinan transaksi mencurigakan, atau pemberitahuan dari sebuah maskapai penerbangan tentang perubahan jadwal keberangkatan pesawat.
Pesan-pesan seperti itu selama ini masih terkirim lewat SMS dan email. Dalam beberapa bulan ke depan, kemungkinan kamu juga akan mulai menerima pesan seperti itu melalui WhatsApp. Bila hal itu terjadi, tak tertutup kemungkinan kalau nantinya kamu juga akan menerima pesan berupa promo dan iklan.
Padahal, bukankah pesan-pesan semacam itu yang membuat kita meninggalkan SMS dan beralih menggunakan WhatsApp?
Seperti sadar kalau pengumuman ini akan memicu protes dari para pengguna mereka, WhatsApp pun menyediakan sebuah cara agar kamu bisa “menyelamatkan” data pribadi kamu. Sayangnya, cara tersebut pun terkesan disembunyikan oleh WhatsApp.
Pembaharuan Aplikasi WhatsApp
Ketika kamu telah melakukan pembaruan terhadap aplikasi WhatsApp, akan ada Terms and Conditions yang tampil. Kamu harus menekan tombol Read, agar bisa menemukan pilihan untuk melarang atau membiarkan WhatsApp membagikan data pribadi kamu kepada Facebook.
Apabila kamu sudah terlanjur menyetujui Terms and Conditions tersebut tanpa membacanya, kamu bisa masuk ke pilihan Account. Di sana, kamu juga bisa menemukan pilihan serupa, selama tiga puluh hari sejak WhatsApp mempublikasikan pengumuman ini.
Tapi dari sekian banyak pengguna WhatsApp, berapa persen yang kemudian membaca artikel ini dan melakukan hal tersebut untuk menyelamatkan data pribadi mereka?
Jika kamu telah melarang WhatsApp untuk membagikan data pribadi kamu kepada Facebook untuk kepentingan iklan pun, bukan berarti kalau privasi kamu akan benar-benar terjamin. WhatsApp mengatakan kalau mereka tetap akan memberikan data tersebut kepada seluruh layanan milik Facebook, seperti Instagram, Oculus, dan Masquerade, untuk keperluan “perbaikan sistem keamanan serta mencegah spam dan ucapan kekerasan.”
Sepertinya kita harus sadar kalau WhatsApp tetap sebuah bisnis yang perlu mendapat pemasukan untuk melanjutkan operasinya. Facebook pun tidak akan membeli aplikasi chat tersebut kalau mereka tidak mengharapkan keuntungan yang lebih besar dari harga US$19 miliar (sekitar Rp251 triliun) yang mereka bayarkan dua tahun silam.
Dengan satu miliar pengguna aktif bulanan yang mereka miliki, WhatsApp jelas mempunyai potensi bisnis yang sangat besar. Dan sebagai pengguna, tampaknya kita hanya bisa merelakan WhatsApp yang secara perlahan akan menjadi mesin bisnis bagi Facebook.
(techinasia.com)