Terlalu Sering Dilarang Orang Tua Bisa Bikin Anak Fobia - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Terlalu Sering Dilarang Orang Tua Bisa Bikin Anak Fobia

Pernahkah Anda melihat seorang anak yang ketakutan terhadap sesuatu, misalnya takut naik tangga atau hujan? Selain karena trauma, ketakutan anak yang seperti itu juga bisa dipengaruhi karena dulunya ia sering dilarang oleh orang tuanya. Bagaimana bisa?

"Sampai berusia tiga tahun, anak belum memiliki filter karena dia belum memiliki pikiran sadar, sehingga apa yang dikatakan orang tua itu selalu benar buat dia. Ibaratnya hard disk, pikirannya kosong dan itu tergantung dari programmernya, yaitu orang di sekitarnya," papar hipnoterapis Dr Adi W Gunawan, CCH.

Maka dari itu, ketika anak dilarang oleh orang tuanya, misalnya tidak boleh naik tangga karena berbahaya dan bisa mengakibatkan jatuh, nantinya saat dewasa si anak bisa saja takut untuk naik tangga. Tak hanya itu, penilaian pada anak pun bisa mempengaruhi perkembangannya saat dewasa.

"Si anak bisa tidak percaya diri atau seperti fobia saat dia mau melakukan sesuatu. Contohnya dia takut dan tidak pede saat mengerjakan soal matematika karena orang tuanya sudah men-judge kalau dia itu kurang pintar di matematika," jelas Adi.

Hal tersebut disampaikan Adi dalam Media Workshop 'Menavigasi Pikiran dengan Hipnoterapi Klinis' di Mercantile Athletic Club, Gedung WTC II, Karet Setiabudi, Jakarta, dan ditulis pada Kamis (14/11/2013).

"Maka dari itu sebaiknya orang tua itu berbicara yang baik-baik pada anaknya," ujar Adi. Nah, hipnoterapi bisa jadi cara untuk mengatasinya. Jika memang si anak masih berusia lima tahun ke bawah maka cara yang dilakukan adalah memberi sugesti.

Selain itu, orang tua juga perlu berubah dengan berhenti berbicara yang tidak tepat dan terus memberi anak input yang positif. Namun, ketika si anak sudah dewasa, menurut Adi prosesnya akan lebih sulit. Sebab, si anak harus 'dibawa' ke masa kecilnya ketika ia mendapat input negatif dari orang tua, melalui pikiran bawah sadarnya.

"Waktu dia berada di masa kecilnya, itu baru si orang tua mengubah statementnya saat itu juga. Enggak bisa orang tua mengubah statementnya waktu si klien ini berada di waktu dia dewasa, ibarat data itu kan datanya saat dia kecil, jadi dia tidak bisa menerima ketika dia dewasa," papar Adi.

Ia juga mengingatkan, bahwa hipnoterapi berusaha menggali kapan munculnya masalah yang dialami seseorang, termasuk ketika masalah itu muncul saat si klien masih anak-anak dengan cara ia dibuat serileks mungkin hingga bisa menembus pikiran bahwa sadarnya.

"Klien dalam keadaan sadar sepenuhnya, hanya saja kita mencoba menembus pikiran bawah sadarnya karena pikiran bawah sadar menentukan hampir semua keputusan, tindakan, emosi, dan perilaku kita," kata Adi.

sumber : detik.com