Polisi menangkap tiga orang pelaku perampokan taksi. Perampokan yang terjadi pada Jumat, 8 Maret 2013 lalu ini tergolong nekat. Dua orang pelaku bersembunyi di dalam bagasi taksi Pratama warna putih tersebut. Mereka menodong korban Lani Sawarno dan Flora Waas dari belakang dan menggasak harta korban.
"Satu jam kami sembunyi di dalam bagasi," kata pelaku, Aryo, pada Senin, 18 Maret 2013. Dia bersama rekannya, Rahman dan Rusdi, mengaku sudah memodifikasi bagasi agar muat dua orang.
Pengap? Tentu saja. Satu jam mereka ada di bagasi yang lebih kecil dari tubuh mereka. Saat memperagakan pun, Aryo dan Rahman harus meringkuk di dalam bagasi sempit tersebut. Mereka tampak kepayahan. "Pengap sekali," ujar Aryo.
Mereka memodifikasi bagasi setelah keluar dari pool taksi Pratama yang ada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Hanya butuh waktu sejam untuk mengosongkan bagasi dan mengendorkan kursi belakang.
Aryo mengaku terpaksa ikut ajakan Rusdi. Lelaki ini punya lima istri dan tiga anak. "Makanya saya mau ikut," ujar Aryo sambil menahan kesakitan. Ketiga pelaku ini ditembak polisi di kaki saat akan ditangkap. Kala itu mereka mencoba kabur.
Rusdi, sopir asli taksi ini, mengaku tergiur ajakan kedua rekannya tersebut. Alasannya sama , penghasilan dia sebagai sopir taksi kurang untuk memenuhi nafkah istri yang tengah hamil tujuh bulan dan seorang putranya.
Rusdi mengaku baru sebulan jadi sopir taksi. Sebelumnya dia adalah sopir angkot di Bandung jurusan Cileunyi-Cililin. Namun, penghasilannya dirasa kurang sehingga dia kemudian banting setir menjadi sopir taksi.
Parahnya, setelah jadi sopir taksi pun, dia lebih suka foya-foya. Uang hasil rampok ini juga dipakai untuk judi dan menikmati hiburan malam.
Otak dari perampokan ini, Rahman, mengaku baru saja keluar dari Lembaga Permasyarakatan Cipinang. Dia sempat terjerat kasus perampokan. "Saya baru sebulan bebas," ujarnya. Dia lebih memilih diam menahan sakit karena timah panas di kakinya.
Kejadian ini bermula saat Lani dan Flower, dua karyawati yang bekerja di kawasan Sudirman, Thamrin, Jakarta Pusat, akan pulang kerja menuju rumah mereka di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur dan Pancoran, Jakarta Selatan. Mereka menunggu taksi di sekitar Bunderan Hotel Indonesia, saat itu pukul 22.30 WIB malam.
"Saat itu, keadaan sedang macet dan antrean taksi cukup panjang. Akhirnya, kami cari taksi di luar," ujar Lani. Kemudian, taksi yang disopiri Rusdi lewat. Mereka pun naik. Awalnya, dua wanita ini sudah tidak nyaman karena bau rokok dan kacanya gelap.
Benar saja tidak berapa lama saat keduanya menaiki taksi tersebut, tiba-tiba sang sopir mengunci pintu dengan central lock. "Dari belakang ada yang dorong-dorong dari sandaran jok belakang," ujar Lina. Panik, mereka menahan agar tidak terjerembab.
Namun, Lina melanjutkan, sopir taksi menyabetkan gergaji tipis kecil ke arah keduanya. Sabetan itu mengenai tangan Lina. Dia menjerit. Kedua pelaku yang bersembunyi di taksi muncul dan langsung melakban mulut mereka. Tangan keduanya juga diikat.
Mereka diancam akan dibunuh. Pelaku pun melucuti perhiasan korban. Dia juga meminta korban menyerahkan PIN ATM. Korban yang ketakutan menyerah.
Diajak berputar-putar, kedua korban diturunkan di tempat sepi. "Belakangan kami tahu itu daerah Kalideres," katanya. Mereka ditolong pengendara.
Kepala Satuan Reserse Mobile Direktorat Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan mengatakan akan memanggil pemilik taksi. "Kami akan selidiki apakah mereka tahu taksinya sudah dimodif atau tidak," katanya.
Sumber: tempo.co