Kuis Berpacu dalam Melodi hadir kembali di TVRI. Masih dengan Koes Hendratmo sebagai pembawa acara dan Ireng Maulana mengawal musiknya. Tontonan populer di rentang masa 1988-1998 itu muncul dengan aroma nostalgia.
"Berpacu dalam melodi...," begitu Koes Hendratmo berucap mengawali setiap lagu yang harus ditebak judulnya oleh peserta Berpacu dalam Melodi (BDM). Lalu, Ireng Maulana dengan bergairah memimpin bandnya memainkan lagu. Ireng dan kawan- kawan masih bermain di balik tirai yang terbuat dari sumbu kompor itu. Lalu mengalunlah lagu-lagu lawas seperti "Answer Me" yang dipopulerkan Nat King Cole sampai "Don't Forget to Remember"-nya Bee Gees.
Koes, masih dengan rambut klimis, kini 70 tahun, sedangkan Ireng 68 tahun. Dan begitulah BDM berpacu kembali dengan segala rasa masa lalunya di TVRI setiap Sabtu pukul 20.00. Kuis ini diperkenalkan oleh "Ibu Kuis" Ani Sumadi di TVRI mulai tahun 1988 sampai 1998. BDM muncul lagi tahun 2002-2005 di Metro TV dengan pembawa acara tetap Koes.
BDM kini kembali lagi ke TVRI dengan konsep kemasan yang tiada berubah.
Bahkan masih ada wajah-wajah lama yang muncul sebagai peserta dalam episode kedua tayangan 9 Maret lalu. Mereka adalah pengacara Djaffar Assegaf dan Henry Yosodiningrat. Bisa dikatakan, BDM versi hari ini merupakan tontonan nostalgia, tentu bagi penonton lamanya.
"Ini kuis terbaik yang pernah dikenang orang di Indonesia," kata Helmy Yahya, orang lama di belakang BDM yang bersama TVRI menghadirkan kembali acara tersebut.
Dulu, ketika Ani Sumadi menjadi Pengarah Program BDM di TVRI, Helmy Yahya adalah floor director atau pengarah panggung. Helmy bertanggung jawab dalam mengatur segala tetek bengek di arena, mulai dari peserta, musisi, sampai pembawa acara. Helmy kali ini turun langsung menjadi floor director lagi—meski kini bisa dikatakan telah menjadi "juragan kuis" karena pernah menggarap beragam kuis. Ia perlu memastikan agar detail racikan acara tidak meleset dari BDM versi lama. Dengan begitu, atmosfer acara tetap terjaga.
Otentisitas rasa
Dalam rangka menjaga rasa yang katakanlah otentik itu pula, Berpacu dalam Melodi masih terbagi dalam segmen yang sama, yaitu Pelangi Nusantara, Kenangan Masa, Bursa Nada, dan Sekilas Wajah. Dalam segmen Pelangi Nusantara, peserta diminta menebak lagu-lagu daerah. Adapun dalam Bursa Nada, peserta diminta menebak cerita seputar lagu. Peserta lalu menawar harga nada. Penawar nada paling sedikit, yaitu satu nada, berhak menebak judul lagu terlebih dahulu.
Masih dalam rangka menjaga nilai nostalgia itulah penyanyi Koes Hendratmo tetap dipilih sebagai pembawa acara. "Saya tidak mau ubah. Kalau bukan Mas Koes (Hendratmo), Berpacu dalam Melodi akan berubah," kata Helmy.
Koes dan juga Ireng bagi Helmy sudah dianggap seperti ikon acara tersebut. Dalam hal menjaga rasa lama itu, Helmy berpegangan pada gaya petinju yang sering diungkapkan petinju Samsul Anwar Harahap dan Boy Bolang, yaitu bahwa styles make fights. Dalam hal BDM, gaya atau karakter elemen pendukung acara itulah yang menjadi keunggulan tontonan tersebut.
"Jadi, kalau Anda rindu Berpacu dalam Melodi, saya akan bawa Berpacu dalam Melodi seperti itu," kata Helmy menegaskan resep tontonannya.
Jika ada penyegaran dalam BDM, maka itu adalah hadirnya rombongan penggembira di belakang peserta yang ikut bernyanyi. Hanya saja, kadang mereka tampak belum familier dengan lagu-lagu jadul.
Bidik penonton lama
Berpacu dalam Melodi tampaknya memang membidik segmen penonton lama. Helmy tidak ingin kehilangan penonton lama acara tersebut. Namun, di sisi lain, ia juga mencoba merengkuh penonton baru. "Kami pertahankan yang dulu-dulu. Kami tidak ingin kehilangan penonton lama, tetapi kami juga ingin rengkuh penonton baru," kata Helmy.
Untuk penonton lama, BDM masih menyodorkan lagu berkategori oldies alias lagu lawas era 1960-an-1970-an, seperti "Answer Me" dan "Route 66". Atau juga "Hey Jude" (Beatles), "Don't Forget to Remember” (Bee Gees), "Permata Hatiku" (Tetty Kadi/Broery Pesulima), "Kau Yang Kusayang" (Rollies). Yang boleh dibilang "baru" dalam kelawasan itu adalah "Just the Way You Are"-nya Billy Joel.
Lagu-lagu tersebut cukup akrab di telinga peserta berusia 60-an tahun ke atas seperti pengacara senior Djaffar Assegaf, Henry Yosodiningrat, mantan perwira polisi Togar Sianipar, dan Yan Hutabarat.
Akan tetapi, BDM juga memberi ruang bagi peserta dengan usia muda yang akan juga ditampilkan pada episode selanjutnya. Di antara mereka adalah para finalis acara Indonesian Idol yang berusia berkepala dua. Untuk mereka lagu-lagu dari penyanyi Adele sudah berani untuk disuguhkan. Ada pula generasi "pertengahan" seperti penyanyi Lita Zen yang berusia 40-an.
Sebagai tontonan permainan (game show) berupa tebak-tebakan lagu, peserta memang dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang lagu, termasuk makna lirik dan kisah seputar riwayat lahirnya lagu-lagu. Dalam BDM tayangan 9 Maret lalu, misalnya, dalam segmen Bursa Nada, ada paparan tentang riwayat lagu "Hey Jude" yang dibuat Paul McCartney untuk anak John Lennon. Pengacara Henry Yosodiningrat bisa menjawab dengan jitu pertanyaan tersebut.
"Peserta harus benar-benar mengerti dan bisa menyanyi. Kalau enggak, mereka bisa bengong saja," kata Produser BDM Johana Katerina Asbanu.
Bagaimanapun BDM adalah tontonan, hiburan, dan bukan sekadar kuis. Jika peserta tidak mempunyai kemampuan cukup dalam hal lagu, maka bisa merosotlah daya hibur BDM.
Konstelasi jagat hiburan televisi telah berubah. Stasiun televisi kini saling berpacu dalam merebut hati penonton.
Sumber: kompas.com, youtube.com