"Apalah arti sebuah nama?" itulah kalimat terkenal ciptaan pujangga Inggris William Shakespeare.
Mungkin bagi orang kebanyakan, arti sebuah nama tidaklah terlalu penting. Namun bagi seorang paus pemimpin umat Katolik sedunia nama yang disandang memiliki arti yang sangat penting.
Sesaat setelah sidang kardinal memutuskan paus baru, maka pertanyaan pertama untuk sang paus adalah: "Nama apa yang akan Anda pakai?"
Diyakini akan seperti gaya paus memerintah -liberal atau konservatif, reformis atau konservatif- akan diketahui begitu dia memilih namanya.
Hingga abad keenam, para paus menggunakan nama yang diberikan orangtua mereka. Maka saat itu dikenal Paus Sylvester, Paus Julius atau Paus Victor. Lalu, pada 533, seorang pastor bernama Merkurius terpilih menjadi pemimpin gereja. Gereja memutuskan seorang paus dengan nama dewa pagan, Merkurius, tidaklah cocok.
Akhirnya Merkurius memilih nama jabatannya. Dia memilih nama Paus Yohanes II. Sejak itulah, hampir seluruh paus menggunakan nama baru saat naik tahta. Mereka biasanya menggunakan nama para orang suci, paus terdahulu atau keluarga mereka yang sudah meninggal dunia.
"Mereka mencoba mengambil sedikit ketenaran dari para pendahulu mereka," kata Thomas Reese, pengamat Vatikan dari harian National Catholic Reporter.
Dua Pertanyaan
Memilih nama adalah sebuah keputusan yang diambil setelah sebuah pertimbangan yang matang. Paus yang baru terpilih akan mendapat dua pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah apakah dia menginginkan "pekerjaan" barunya. Dan, pertanyaan kedua adalah soal nama yang akan disandangnya.
Saat Kardinal Joseph Ratzinger terpilih menjadi paus pada 2005, dia memilih nama Benediktus XVI untuk menghormati dua orang. Orang pertama adalah Paus Benediktus XV yang memimpin Gereja Katolik melalui Perang Dunia I. Kedua adalah penghormatan untuk Santo Benediktus yang adalah seorang intelektual, seperti halnya Ratzinger.
Santo Benediktus juga dikenal gigih dalam meletakkan dasar-dasar iman Kristiani dalam kebudayaan dan peradaban Eropa.
Sehingga, Benediktus XVI berharap nama yang dipilihnya bisa membantu pekerjaannya sebagai paus untuk membantu umat Katolik tetap mengimani Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari.
"Benediktus melihat Eropa sebagai masalah kunci dan tempat yang harus menjadi fokus Vatikan," papar Reese.
Namun, pemilihan nama tak selalu berlatar belakang sejarah kepausan. Paus yang dikenal sebagai seorang reformis Paus Yohanes XXIII, terpilih pada 1958, mengatakan dia memilih nama Yohanes karena sama dengan nama gereja kecil tempat dia dibaptis semasa kanak-kanak.
Yohanes sejauh ini menjadi nama yang paling banyak digunakan para paus.
Pada 1978, Kardinal Albino Luciani memilih nama Yohanes Paulus I sebagai nama kepausannya. Dia adalah paus pertama yang menggunakan gabungan dua nama.
Pemilihan dua nama itu dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap kedua pendahulunya Yohanes XXIII dan Paulus VI. Kedua paus ini telah memimpin Vatikan melewati Konsisi Vatikan II, yang memperbaiki hubungan Gereja Katolik dengan seluruh dunia dan khususnya dengan sekte Kristen lainnya.
Saat Yohanes Paulus meninggal dunia 33 hari setelah dilantik, koleganya mengingat almarhum dengan penuh cinta dan kekaguman. Saat itu Reese bertaruh dengan rekan-rekannya bahwa penggantinya akan menggunakan nama ganda yang sama.
Tebakan Reese tepat, karena kemudian Karol Wojtila terpilih menjadi paus dan memilih nama Yohanes Paulus II. Dia kemudian memimpin gereja selama 27 tahun.
Benar-benar Baru
Lalu kira-kira nama apa yang akan digunakan paus baru nanti? Analis Vatikan mengatakan ada sejumlah nama yang berpeluang digunakan paus baru.
Koresponden senior media Katolik non-profit, Our Sunday Visitor, Matthew Bunson mengatakan, nama Leo XIV bisa digunakan demi alasan keadilan dan sosial.
Leo XIII yang memerintah di pergantian abad ke-20, dikenal sangat berupaya meningkatkan kehormatan para buruh.
Lalu nama Pius XIII, merupakan pilihan konservatif dan menjadi semacam pernyataan bahwa paus akan bertekad untuk mempertahankan ajaran dan iman Katolik.
Sejarah mencatat, Paus Pius V dikenal sangat menentar reformasi Protestan. Sementara Pius VI dan VII keduanya meninggal dunia saat menjadi tahanan.
Nama Yohanes Paulus III, agak kecil kemungkinannya untuk digunakan. Reese menilai jika nama itu digunakan maka sebagian kalangan akan menilainya sebagai bentuk penolakan terhadap Benediktus.
Tentu saja paus baru nanti bisa menggunakan nama Benediktus XVII. Namun nama itu akan mengundang kekecewaan umat Katolik yang mengharapkan pembaruan setelah guncangan berbagai skandal pelecehan seksual yang dilakukan sejumlah imam Katolik di Eropa dan Amerika Serikat.
Dan, yang juga tak dilarang dalam aturan Gereja, paus baru boleh memilih nama yang belum pernah digunakan sama sekali. Thomas Reese selalu bertanya mengapa belum ada seorang paus pun yang menggunakan nama Yosep.
"Atau bisa saja nama baru itu, Yohanes Paulus Benediktus I," ujar Reese.
Siapa nama paus baru? Umat Katolik akan mengetahuinya setelah asap cerobong Kapel Sistine mengepulkan asap putih.
Sumber: kompas.com