Triclosan dalam Sabun Antibakteri Mengandung Risiko Kesehatan - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Triclosan dalam Sabun Antibakteri Mengandung Risiko Kesehatan


Tampaknya Anda perlu berpikir ulang dalam memilih dan menggunakan sabun antibakteri, pembersih tangan, dan produk pembersih yang mengandung triclosan.

Triclosan diketahui dapat melemahkan sel-sel otot hewan dalam dosis yang sama seperti yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.


Pada tahun 2010, Food and Drug Administration (FDA) menyimpulkan bahwa penggunaan triclosan hanya bermanfaat dalam pasta gigi untuk mengobati gingivitis (penyakit gusi) dan tidak memberikan manfaat kesehatan pada sabun mandi atau cairan antibakteri pembersih tangan.

Bahkan pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa triclosan dapat bertindak sebagai pengganggu endokrin. Namun sampai sekarang, triclosan terus ditemukan dalam produk seperti sabun cuci tangan, obat kumur, deodoran, pakaian, mainan, karpet dan kantong sampah.

Triclosan merupakan bahan kimia yang berkaitan dengan polychlorinated biphenyls (PCBs), polutan yang dapat bertahan di lingkungan untuk waktu yang sangat lama.

Para peneliti dari University of California, Davis dan University of Colorado melakukan penelitian dengan menggunakan tikus sebagai sampel penelitian dengan menyuntikkan triclosan pada konsentrasi 12,5 mg per kg berat badan tikus.

Hasilnya, tikus tersebut mengalami hambatan kontraksi otot hanya dalam selang waktu 10 sampai 20 menit setelah terpapar triclosan. Selain itu juga terjadi penurunan fungsi jantung hingga 25 persen dan mengurangi tingkat kesadaran tikus dari obat bius hingga sebesar 18 persen atau 60 menit.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa triclosan dapat mempengaruhi fungsi hati dan otot rangka tikus. Penurunan aktivitas otot tersebut mungkin tidak akan terjadi pada tikus dengan fisik yang sehat, tetapi risiko akan meningkat pada tikus dengan gagal jantung.

Perlakuan yang menimbulkan kerusakan pada hewan memang belum dapat dipastikan terjadi juga pada manusia. Tetapi daripada menggunakan sesuatu yang belum terbukti bermanfaat bagi tubuh dan kemungkinan membahayakan, lebih baik mengurangi risiko tersebut.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences (PNAS) secara online, seperti dilansir thedoctorwillseeyounow, Kamis (13/9/12).

sumber : detik.com