Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia meningkat pada akhir Agustus 2012. Cadangan devisa pada Agustus itu meningkat US$2,45 miliar (Rp23,43 triliun) dibanding posisi akhir Juli sebesar US$106,55 miliar.
"Cadangan devisa pada Agustus 2012 nyaris menyentuh US$109 miliar," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono, di Hotel Grand Mahakam, Jakarta, Kamis 6 September 2012.
Hartadi menjelaskan, bertambahnya cadangan devisa itu disebabkan masih adanya penerimaan ekspor, terutama sektor minyak dan gas.
Sebelumnya, cadangan devisa Bank Indonesia sempat mencapai level tertinggi pada April 2012 sebesar US$114,93 miliar. Namun, pada Juli 2012, jumlah itu turun menjadi US$106,55 miliar.
Sementara itu, terkait nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp9.550 atau Rp9.450 per dolar AS, dinilai masih cukup relistis dan sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia. Hartadi mengatakan, pelemahan ini tak hanya disebabkan faktor global, namun juga karena defisit transaksi berjalan sebesar 3,1 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Menurut dia, pergerakan nilai tukar yang terus melemah masih cukup wajar. Karena, BI beranggapan bahwa pada kuartal III, transaksi berjalan akan kembali surplus. Kondisi itu diimbangi dengan adanya surplus pada capital account yang masih akan tumbuh dengan adanya aliran dana masuk dari Foreign Direct Investment (FDI).
"Jangan bingung dengan pergerakan harian nilai tukar yang sekarang Rp9.550. Anda tahu, rata-rata nilai tukar year to date baru Rp9.250 atau Rp9.270," ujarnya.
Artinya, dia melanjutkan, hingga akhir 2012, BI menilai ekspektasi nilai tukar di level Rp9.200 hingga 9.400 per dolar masih dalam tahap realistis. Selanjutnya, pada 2013, BI akan menjaga nilai tukar di level Rp9.300 per dolar AS.
sumber : viva.co.id