Saham Apple Inc jatuh lebih dari 5 persen setelah laba perusahaan teknologi paling mahal di dunia tersebut berada di bawah perkiraan analis Wall Street. Harga saham Apple (APPL) pada perdagangan reguler Selasa kemarin turun US$ 2,91 (0,48 persen) menjadi US$ 600,92. Dan di pasar elektronik, saham produsen iPhone ini anjlok US$ 33,12 (5,51 persen) menjadi US$ 567,8.
Produsen iPhone, iPad, serta iPod melaporkan bahwa pendapatannya di kuartal kedua tahun ini melonjak 23 persen menjadi US$ 35 miliar dari periode yang sama tahun lalu, namun lebih rendah US$ 2 miliar dari perkiraan rata-rata analis Wall Street.
Laba bersih Apple juga melonjak 21 persen dari tahun sebelumnya menjadi US$ 8,8 miliar (US$ 9,32 per saham), tetapi juga lebih rendah 10 persen dari ekspektasi analis.
Dari kuartal sebelumnya, penjualan perusahaan turun 22 persen di Asia Pasifik, sedangkan untuk pasar Amerika dan Eropa turun 6 persen.
Tim Cook, yang telah memimpin Apple sejak Agustus lalu, mengatakan bahwa penurunan penjualan perusahaan akibat berkurangnya daya beli konsumen di Eropa Barat serta melambatnya permintaan konsumen menunggu model iPhone terbaru.
Para penggemar iPhone sepertinya menunda pembelian telepon pintar sampai keluarnya produk terbaru yang diperkenalkan Apple Inc pada bulan Oktober mendatang. Penundaan ini tentunya mempengaruhi penjualan perusahaan sepanjang triwulan ketiga tahun ini.
Dalam periode April hingga Juni, Apple hanya berhasil mengirim 26 juta unit iPhone, jauh di bawah perkiraan analis sebesar 28-29 juta unit. Ini sudah mempertimbangkan adanya jeda pembelian keluarnya iPhone 5. Jauh dari penjualan di kuartal pertama lalu yang mencapai 35,1 juta unit.
Pada masa menunggu iPhone terbaru, Apple kehilangan prospek di musim gugur lalu. Tahun ini, fenomena tersebut kembali terlihat di triwulan ini.
“Apple adalah saham yang paling mahal di dunia saat ini sehingga bursa akan menghukum jika ada sesuatu yang kurang dari perkiraan dan kurang sukses,” kata John Jacksonm, analis dari CCS Insight. “Mereka dituntut terus menggulirkan berita positif, sesuai permintaan.”
Apple mengeluarkan perkiraan yang konservatif hingga bulan September mendatang: laba perusahaan sebesar US$ 34 miliar (US$ 7,65 per saham), jauh di bawah perkiraan analis sebesar US$ 38,03 miliar (US$ 10,23 per saham).
Perusahaan yang bermarkas di Silicon Valley ini mengatakan penjualan produk terbarunya akan meningkat karena iPhone menyumbang lebih dari separuh pendapatan perusahaan.
Apple telah melihat Samsung sebagai kompetitor utama. Mereka sekarang menguasai pangsa pasar smartphone dunia dengan menggunakan perangkat lunak dari Google Inc, yakni Android.
Selama para konsumen menuggu hadirnya iPhone terbaru, Samsung Galaxy diperkirakan masih akan merajai pasar telepon pintar. Para pengamat memperkirakan bahwa divisi Samsung Mobile dapat menembus dua kali lipat penjualan tahun lalu, atau sekitar 50 juta unit di kuartal yang berakhir Juni kemarin.
Para penggemar iPhone berharap Apple akan meluncurkan ponsel yang sepenuhnya di desain ulang, yang memiliki layar lebar, dan bukan hanya menambah dan mengubah beberapa fitur seperti yang terjadi dengan model saat ini.
Berkurangnya penjualan iPhone dapat diimbangi oleh penjualan iPad, yang berhasil menyumbang separuh penjualan tablet dunia. Penjualan di kuartal ketiga mencapai 17 juta unit, di atas ekspektasi.
“Penjualan iPhone berhasil melonjak setelah Apple mulai menggunakan Siri (mesin pencari menggunakan suara) di iPhones 4S dan China Telecom menandatangani kerja sama,” kata Tim.
sumber : tempo.co