Jika membayangkan vasektomi atau tubektomi, maka orang akan membayangkan operasi bedah yang berdarah-darah, lama, mahal dan menyebabkan efek permanen. Padahal, teknologi saat ini telah berhasil membuat metode infertiisasi serupa dengan sederhana, cepat, mudah dan yang paling penting, dapat dikembalikan seperti semula atau tidak permanen.
Vasektomi adalah metode pemandulan pria dengan cara memotong vas deferens atau saluran sperma agar sperma tidak dapat membuahi sel telur. Sedangkan tubektomi adalah metode pemotongan saluran sel telur wanita agar sel telur tidak menuju rahim untuk siap dibuahi sperma.
Dulu, untuk melakukan kedua metode infertilisasi di atas memang membutuhkan operasi bedah yang lama dan membutuhkan waktu beberapa hari sampai minggu agar dapat kembali beraktifitas. Efek dari kedua metode di atas juga berlangsung secara permanen dan tidak dapat dikembalikan menjadi normal kembali.
Namun dengan teknologi yang disebut laparoskopi, dokter bedah mampu melakukan metode pembedahan tanpa membutuhkan sayatan besar, tapi cukup sayatan kecil sepanjang beberapa sentimeter dan luka bekas sayatan cukup ditempel dengan plester. Oleh karena itu, pasien bedah laparoskopi hanya butuh waktu 24 jam untuk kembali beraktifitas.
Untuk metode infertilisasi, dokter hanya perlu mengikat saluran vas deferens atau saluran telur dengan cincin, jadi bisa dikembalikan seperti semula dan tidak permanen. Pada pria, metode ini disebut metode operasi pria (MOP). Sedangkan pada wanita disebut metode operasi wanita atau (MOW).
"Ini adalah cara yang paling efisien, mudah, sangat cepat dan bisa dikembalikan normal karena tidak dipotong melainkan hanya diikat. Metode ini juga tidak menyebabkan efek samping. Untuk menangani 1 orang pasien hanya butuh waktu 3 menit," kata Kolonel dr Frits Rumintjap, SpOG (K), MARS, Dokter Spesialis Kandungan dari RSPAU Antariksa dalam acara Bakti Sosial Pelayanan Keluarga Berencana di Rote Endao, Nusa Tenggara Timur, Senin (18/6/2012).
Klaim tersebut bukan isapan jempol belaka. Pada hari pertama acara bakti sosial yang diselenggarakan di kantor bupati Roten Endo, dr Frits mampu menangani 94 orang pasien dalam waktu sekitar 5 jam. Jadi rata-rata setiap pasien membutkan waktu sekitar 3 menit. Hari berikutnya diperkirakan masih ada sekitar 230 calon peserta MOW yang akan ditangani dr Frits. Seluruh peserta MOW ini tidak dipungut biaya apapun.
Untuk melakukan MOP, dokter umum dan urolog terlatih sudah boleh melakukan di klinik-klinik yang memiliki alat laparoskopi. Namun untuk MOW, yang diperbolehkan hanya dokter spesialis kandungan saja karena lebih kompleks anatominya. Selain itu apabila terjadi gangguan, dokter spesialis kandungan lebih kompeten dalam menangani.
Menurut dr Frits, metode kontrasepsi jangka panjang ini sangat aman dan tanpa efek samping. Kalau pun toh ada, persentasenya hanya sebesar 0,5% dan kebanyakan kasusnya remeh seperti infeksi pada kulit yang tersayat akibat kurang menjaga kebersihan. Karena baik MOW maupun MOP bisa dikembalikan ke kondisi semula, maka masyarakat tak perlu khawatir akan efek jangka panjangnya bagi kesuburan.
"Sebelumnya kan banyak tokoh pemuka agama yang menentang karena tidak bisa dikembalikan seperti semula. Sekarang sudah bisa dikembalikan jadi banyak tokoh agama yang sudah mendukung MOW ataupun MOP,"kata Kusnadi, SH, kepala BKKBN Nusa Tenggara Timur.
Sumber : detik.com