Stok BlackBerry Menumpuk, RIM Bisa Rugi Rp 9 Triliun - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Stok BlackBerry Menumpuk, RIM Bisa Rugi Rp 9 Triliun

Masalah finansial yang membelit produsen BlackBerry, RIM agaknya masih akan berbuntut panjang. Salah satu kabar terakhir menyebutkan bahwa perusahaan asal Kanada ini berisiko kehilangan uang sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9 triliun.



Angka tersebut berasal dari penurunan nilai produk-produk yang belum laku dijual dan menumpuk di gudang-gudang penyimpanan.


Menurut data yang dikompilasi oleh Bloomberg, nilai stok barang RIM naik 18 persen dalam perempat pertama tahun ini saja, menjadi 1,03 miliar dollar AS.


Di sisi lain, Apple Inc mengalami penurunan nilai inventaris sebesar 11 persen selama 3 bulan terakhir karena produk-produknya cepat laku.


Cukup banyak pelanggan RIM berbondong-bondong migrasi ke platform pesaing, yaitu iPhone dan smartphone berbasis sistem operasi Android bikinan Google. Akibatnya sudah terlihat dari pangsa pasar global RIM yang terjun bebas menjadi tinggal 6,4 persen dalam perempat pertama tahun ini.


Sementara itu, penguasaan pasar Android meningkat menjadi 59 persen. Adapun platform iOS buatan Apple menguasai 23 persen pasar global.


Pendapatan RIM pun diprediksi bakal ikut merosot sebesar 2 persen menjadi 3,64 miliar dollar AS pada perempat kedua tahun ini.


RIM sedang menyiapkan perangkat BlackBerry 10 yang akan diluncurkan pada akhir 2012 dan akan menjadi andalan barunya, tetapi hal tersebut juga berpotensi membuat perangkat-perangkat BlackBerry yang sudah ada saat ini makin kehilangan daya tarik di mata konsumen.


Boleh jadi calon pengguna memilih menunggu model baru ketimbang membeli yang sudah ada.


Sebelumnya, pada Desember tahun lalu, RIM menghadapi penurunan nilai pasar inventaris sebesar hampir setengah miliar dollar Amerika akibat tablet Playbook yang belum terjual.


RIM mengatakan bahwa penghematan biaya operasional sebesar 1 miliar dollar AS akan dilakukan pada tahun fiskal ini melalui pengurangan jumlah fasilitas produksi dan "efisiensi perusahaan".


Sumber : kompas.com