Tak hanya kisah istri simpanan, anak SD di Jakarta pun mendapat pelajaran bermain sandiwara dalam mata pelajaran Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta. Sayangnya cerita yang diajarkan sangat tidak pantas.
Selain kisah 'Bang Maman dari Kali Pasir' di buku pelajaran kelas 2 SD seperti yang ditemukan Ibu Intan. Di buku pelajaran sejenis untuk kelas 1 SD juga terdapat bacaan yang tidak cocok untuk anak kecil.
Dalam buku terbitan PT Tiga Serangkai Putra Mandiri, pada bab 11 halaman 77-84 terdapat kisah 'Cerita Rakyat Si Angkri'. Cerita ini berkisah tentang Angkri, jawara Betawi yang menjalankan tipu muslihat dan kekerasan untuk menggapai cita-citanya.
Kisah bermula ketika Angkri yang jatuh miskin akibat terus kalah berjudi berniat menjadi bek (centeng) dari juragan Tabrani. Namun dia harus menyingkirkan bek Asan, centeng yang sudah dimiliki oleh Tabrani.
"Aduh pegimane ya... kalau elo mau jadi bek gue kan udah ade bang asan..." kata juragan Tabrani dalam dialog sandiwara yang tertulis di buku tersebut.
"Ya ude deh itu urusan gampang serahin ama aye," sahut Angkri.
Angkri pun mengirim dua preman bayaran untuk membunuh Asan. "elo bikin bang asan kapok, libas die... biar die kapok. Kalau die mati gue bisa gantiin jadi beknya juragan tabrani."
Singkat cerita, duel berlangsung, tapi dua preman bayaran Angkri kalah. Asan pun meminta pendapat gurunya bagaimana cara untuk membalas kelakuan Angkri. Atas saran gurunya, Asan diminta menggunakan perempuan untuk memperdaya Angkri.
"Udah deh San ... pancing aje die ame perempuan.... ntar kalau die keluar ... beri die pelajaran," saran sang guru.
Sumber: merdeka.com