Membedakan Batik Tulis, Cap, dan Print - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Membedakan Batik Tulis, Cap, dan Print


Memiliki batik bukan berarti hanya sekadar punya, tapi juga mengenal. Bisa dimulai dengan mengetahui, mengidentifikasi, mencari tahu asal-usulnya, sebagaimana mengenali pasangan kita.

Mari kita berkenalan dengan tiga jenis batik berdasarkan teknik pembuatannya, yakni batik tulis, cap dan print. Bagaimana mengenali perbedaan antara tiga jenis batik?

BATIK TULIS
Tidak banyak yang tahu, kapan tepatnya teknik merintang warna diatas kain dengan menggunakan malam yang kemudian disebut batik pertama kali masuk ke Indonesia.

Konon, teknik ini dibawa oleh anak buah kapal Laksamana Ceng Ho yang bernama Binang Oen. Namun, menurut Robyn Maxwell dalam bukunya “Textiles Of South East Asia: Trdition, Trade And Transformation”, batik mungkin baru berkembang di abad ke XVII.

Semua punya teorinya sendiri. Batik tulis disebut “batik tulis” karena perintang warnanya dibubuhkan dengan cara seperti menulis dengan menggunakan alat bernama canting.



Ciri-ciri:
  1. Tidak ada satu pun batik tulis yang kembar, semua dibuat hanya satu setiap lembar. Motif biasanya lebih rumit.
  2. Karena dibuat dengan tangan, tidak ada satu pun yang motifnya sempurna. Justru ketidaksempurnaan inilah yang membuat batik tulis sangat manusiawi.
  3. Bolak-balik, warna dan motifnya sama. Hal ini dikarenakan, setelah bagian depannya dicanting, bagian baliknya kemudian harus dicanting lagi.
  4. Memiliki ukuran yang tidak biasa misalnya 2 x 1,25 meter persegi.
  5. Kalau batik kuno, biasanya ada inisial tulisan tangan nama pembatik di ujung kain.
BATIK CAP
Batik cap mulai berkembang di Indonesia setelah meningkatnya permintaan terhadap kain batik di pertengahan abad XIX. Pada saat itu produsen batik mulai mencari cara untuk bisa memproduksi batik dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat.

Dari sini kemudian dibuatlah lempengan besi dengan motif batik untuk membubuhkan malam pada permukaan kain mori. Lempengan besi ini kemudian berfungsi seperti “stempel” yang dicapkan ke atas kain. Sehingga batiknya kemudian disebut sebagai batik cap.



Ciri-ciri:
  1. Motifnya cenderung berulang, tidak banyak detail.
  2. Bolak-balik warnanya tidak sama, bagian belakang cenderung memiliki warna yang lebih redup atau tipis.
  3. Karena sudah masuk produksi masal, kualitas bahan umumnya tidak terlalu baik.
  4. Dijual per lembar dengan ukuran standart kain potong.
  5. Karena kain mori, biasanya tidak melalui proses perebusan berhari-hari seperti batik tulis.
BATIK PRINT
Atau yang bisa juga disebut sebagai kain tekstil bermotif batik. Muncul di Indonesia tahun 1970-an seiring penetapan batik sebagai pakaian nasional.

Kain tekstil bermotif batik ini awalnya diproduksi oleh industri tekstil lokal, namun karena permintaan yang semakin banyak akhirnya batik print ini juga diproduksi oleh pabrik luar negeri — inilah yang kemudian dikhawatirkan akan mematikan industri kerajinan batik lokal.



Ciri-ciri:
  1. Motifnya sangat detail dan rapi, sangat rapi bahkan.
  2. Warnanya cerah dan sangat menarik.
  3. Bagian belakang berwarna putih, dengan sedikit tembusan-tembusan warna dari bagian mukanya.
  4. Harganya sangat murah.
  5. Biasanya dijual meteran.
Tidak sulit kan membedakan batik tulis, cap dan print? Hanya butuh latihan. Semakin sering kita bersentuhan dengan kain batik, memakainya dan berdialog dengan pedagang serta pembuatnya, semakin ahli kita mengidentifikasi kain batik.

Sumber : dari berbagai sumber