Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi saat melakukan hubungan seksual banyak terjadi karena Mr P loyo atau dalam istilah medis disebut disfungsi ereksi. Ternyata tak cuma usia yang bikin Mr P loyo, karena ada penyabab lain yang cukup mengejutkan.
Sekitar 4 pria berusia 50 tahunan mengalami disfungsi ereksi, sementara hampir setengah dari pria berusia 75 tahun ke atas mengalami gejala serupa. Tapi kondisi Mr P yang loyo juga bisa terjadi di usia muda karena faktor-faktor ini.
Berikut adalah tujuh faktor mengejutkan yang dapat meningkatkan risiko loyo Mr P :
Sekitar 4 pria berusia 50 tahunan mengalami disfungsi ereksi, sementara hampir setengah dari pria berusia 75 tahun ke atas mengalami gejala serupa. Tapi kondisi Mr P yang loyo juga bisa terjadi di usia muda karena faktor-faktor ini.
Berikut adalah tujuh faktor mengejutkan yang dapat meningkatkan risiko loyo Mr P :
1. Mengongumsi obat untuk mengatasi rambut rontok atau pembesaran prostat
Obat-obatan seperti finasterida dan dutasteride digunakan untuk mengobati kerontokan rambut dan pembesaran prostat pada pria.
Sayangnya, obat ini dapat menghasilkan efek samping berupa disfungsi ereksi dan hilangnya libido pada pria. Demikian menurut penelitian yang dimuat dalam Journal of Sexual Medicine.
"Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah dihidrotestosteron yang mengalir dalam darah," kata Dr Andrew Kramer, ahli bedah dan ahli ED di University of Maryland Medical Center. Dihidrotestosteron adalah hormon seks pria yang membantu mempertahankan dorongan seks.
Obat-obatan pencegah rambut rontok dan untuk mengurangi gejala pembesaran prostat menyebabkan perubahan hormon yang juga dapat menyebabkan ketidakmampuan ereksi.
2. Periodontitis atau Radang Gusi
Periodontitis atau peradangan pada gusi meradang karena infeksi dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi. Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine.
Penyakit gusi merupakan indikator kesehatan yang buruk secara umum dan berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung yang merupakan faktor risiko terjadinya disfungsi ereksi.
"Penyakit gusi dapat disebabkan karena adanya masalah pada aliran darah di gusi. Ada kemungkinan bahwa orang tersebut juga mengalami masalah aliran darah di bagian lain tubuhnya seperti penis," kata Dr Bruce Kava, ketua urologi di University of Miami Miller School of Medicine.
3. Istri Lebih Akrab Dengan Teman Suami daripada Suami Sendiri
Faktor psikologis memang berperan penting dalam kinerja seksual. Namun hal yang mengejutkan adalah istri yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman pria sang suami daripada dengan suami sendiri dapat menyebabkan peningkatan risiko disfungsi ereksi.
Demikian menurut penelitian yang dimuat dalam American Journal of Sociology.
Para peneliti mensurvei lebih dari 3.000 orang pria berusia 57-85 tahun dan menemukan bahwa pria yang pasangan wanitanya terlalu dekat ke teman-temannya sebanyak 92 persen lebih mengalami kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi.
Menurut para peneliti, hal ini mungkin disebabkan karena persepsi sosial pada pria muda dan setengah baya yang dianggap maskulin jika punya banyak teman.
Namun untuk pria pada usia 70 dan 80-an tahun, anggapan ini menghilang. Pria tua lebih suka menghabiskan waktu dengan sedikit orang dan istri yang justru lebih akrab dengan teman-teman suami mengancam maskulinitas suami.
4. Bersepeda
Para Scythians atau penunggang kuda berbaju besi di Iran telah mengetahui hubungan antara menunggang kuda dan impotensi sejak abad 9 SM. Ternyata aktivitas moderen yang serupa seperti bersepeda jarak jauh, juga dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi.
Sebuah kajian terhadap artikel yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine tahun 2005 menemukan bahwa 4 persen pengendara sepeda laki-laki yang menghabiskan waktunya minimal tiga jam per minggu di atas sadel akan mengalami disfungsi ereksi dari taraf sedang sampai parah. Sementara itu, hanya sekitar 1 persen pelari pada usia yang sama yang mengalami disfungsi ereksi .
"Ketika duduk di atas sadel sepeda, pegowes menumpukan berat badan kepada saraf dan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis. Seiring waktu, pembuluh ini dapat menjadi rusak, dan menyebabkan penurunan aliran darah ke penis dan berisiko disfungsi ereksi," kata Kava.
5. Diabetes
Pria yang mengidap diabetes dua sampai tiga kali lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi dibandingkan pria sehat, menurut National Institutes of Health di AS. Pengaturan gula darah yang buruk dapat merusak saraf dan pembuluh darah kecil yang mengontrol ereksi dan aliran darah ke penis.
6. Tekanan Darah Tinggi
Pembuluh darah dan aliran darah yang sehat penting untuk mencapai dan mempertahankan ereksi. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah, membuatnya kurang elastis dan kurang mampu mengangkut darah dengan cepat.
Sayangnya, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, seperti beta blockers dan diuretik, juga dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi.
Langkah paling baik adalah mengubah gaya hidup seperti mempertahankan pola makan sehat dan berolahraga. hal ini akan lebih dapat membantu menurunkan tekanan darah sehingga obat tak lagi diperlukan.
7. Depresi
Sebanyak 61 persen orang penderita depresi berat mengalami masalah seksual, menurut Cleveland Clinic Foundation. Depresi tak hanya mengurangi minat untuk melakukan seks.
"Ada komponen biokimia pada penderita depresi yang dapat membuat penderitanya sulit mencapai dan mempertahankan ereksi. Bahan kimia ini membantu sel-sel otak berkomunikasi untuk merangsang aliran darah ke penis. Dan tidak bisa melakukan dan menikmati seks dapat memperburuk gejala depresi," kata Kava.
Beberapa obat anti depresi seperti reuptake inhibitor (SSRI) dapat menyebabkan masalah seksual juga. Hampir separuh pria dan wanita yang menggunakan SSRI mengalami disfungsi seksual, menurut Institut Nasional Kesehatan Mental.
Pada pria, hal ini bisa berarti mengalami disfungsi ereksi, hilangnya libido, dan ejakulasi yang tertunda.
Sumber: detikhealth.com
Sumber: detikhealth.com