Peragaan Busana 'Kondangan Peranakan Tionghoa' - IniKabarKu.com

Breaking


PERKEMBANGAN VIRUS CORONA

Berita Selengkapnya

Bersama Lawan Covid-19

Peragaan Busana 'Kondangan Peranakan Tionghoa'


Pada hari Kamis, 08 November 2012, Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) pada acara perayaan ulang tahunnya yang pertama, yang sebenarnya jatuh pada tanggal 28 Oktber, menggelar peragaan busana dengan tema 'Kondangan Peranakan Tionghoa' di Ballroom Hotel Mulia Jakarta.

Acara ini diselenggarakan tidak hanya untuk merayakan peringatan hari jadi Aspertina saja tetapi juga untuk melestarikan seni budaya Tionghoa di Indonesia. Sebenarnya seni budaya peranakan Tionghoa sudah menjadi salah satu bagian dari seni budaya bangsa Indonesia yang tercipta dari perpaduan budaya negeri Tiongkok dengan budaya lokal.



Pada acara ini hampir semua ornamen yang ada kental dengan budaya Peranakan Tionghoa. Ketika akan memasuki pintu masuk, para tamu undangan sudah disuguhkan dengan kesenian peranakan Tionghoa berupa pameran kain batik dan foto bersama dua orang model yang menggunakan baju tradisional peranakan Tionghoa. Busana yang dipergunakan oleh para tamu dan panita pun kompak menggunakan batik dan kebaya. Selain itu jenis makanan yang disajikan hingga jenis musik berkiblat ke budaya peranakan Tionghoa.


Ari Budiman
Acara ini rencananya akan dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta terpilih Joko Widodo. Tetapi berhubung berhalangan hadir, acara ini dibuka oleh Ari Budiman selaku Ketua Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. 

Dalam kata sambutannya Ari Budiman menyatakan bahwa Pemerintah DKI Jakarta menyambut positif  acara seperti ini dan sebaiknya dijadikan momentum dan tradisi untuk melestarikan kebudayaan  peranakan Tionghoa di DKI. "Hal ini sesuai dengan slogan Jakarta Baru yaitu membangun Jakarta yang toleran, meningkatkan kebhinekaan, keharmonisan berbudaya dan berbangsa khususnya warga DKI Jakarta yang multi etnis dan budaya," kata Ari Budiman.

Felix A. Chandra sekaligus dewan pendiri Aspertina berharap asosiasi ini dapat menjadi wadah dan alat komunikasi untuk dapat melestarikan budaya peranakan Thionghoa sehingga dapat turut melestarikan kebudayaan Tionghoa .


Andrew A. Susanto
"Ide ini sebenarnya muncul sejak 3 tahun lalu saat berkumpul bersama teman-teman di sebuah kedai kopi di daerah Pluit karena kami prihatin terhadap budaya peranakan Thionghoa yang semakin hilang, " tambahnya.

Hal senada diungkapkan oleh Andrew Susanto selaku Ketua Aspertina, “Tradisi dalam budaya peranakan Tionghoa sekarang sudah mulai memudar, untuk itu kita ingin generasi muda itu mulai mengenalnya lagi dan bisa meneruskan,” jelasnya. "Saat ini hampir tidak ada generasi muda yang berniat memakai busana pengantin Tionghoa ketika menikah, mayoritas lebih memilih menggunakan busana pengantin barat, hal itu sangat disayangkan karena sebenarnya budaya kita itu kaya" tambahnya.

Pagelaran Busana Pengantin Peranakan Tionghoa

Dalam acara ini sebanyak tujuh desainer seperti Ghea Panggabean, Susi Lucon, Musa Widyatmodjo, Hian Tjen, Rudy Chandra, Deden Siswanto, dan Jenny Ang, menghadirkan berbagai busana pengantin dengan ciri khas rancangan masing-masing.


Para designer melakukan foto bersama Pengurus Aspertina: Alexandra Tan dan Andrew A. Susanto
Jeanny Ang

Rangkaian busana karya perancang lulusan Hongkong International Design School ini terkesan sangat feminim, elegan dan glamor serta didominasi nuansa warna yang cerah seperti pink, hijau, biru, kuning dan orange yang mewakili perasaan sukacita. Walaupun demikian nuansa busana peranakan Tionghoa tetap kental terasa dalam setiap buasana karyanya.



Deden Siswanto

Koleksi pria kelahiran 29 Agustus 1968 ini terdiri dari busana wanita dan pria ini  menggambarkan perpaduan antara dua latar budaya berbeda.

Karya-karya Deden terinspirasi dari kebudayaan Indonesia, buku-buku, film serta majalah. Desainnya memiliki karakteristik vintage look dengan sentuhan modern, mix and macth, multi era, chic layering dan folklore.

Rudy Chandra

Perancang yang satu ini mendapatkan inspirasi dari gaya busana cheongsam yang mencerminkan wanita yang mapan, elegan serta memiliki karakter yang kuat.

Konsep yang sering diusung oleh Rudy adalah gaun-gaun dengan potongan cheongsam, potongan mermaid pada bagian rok, lipit-lipit yang terlihat glamor dan sangat sesuai dikenakan pada acara pesta yang mewah.



Musa Widyatmodjo 


Lulusan Dexel University Philadelphia, USA yang selalu mengusung konsep dan nilai tradisional dalam setiap karyanya ini menampilkan busana yang lebih sederhana dan simple. Ia memiliki filosofi bahwa fashion tidak hanya untuk dikagumi saja tetapi harus dapat dikenakan juga.

Musa menghadirkan busana pengantin peranakan Tionghoa yang terbagi dalam tiga sesi  sesuai dengan ritual acara pernikahan yang seharusnya. Pada sesi pertama, Musa menampilkan koleksi kebaya yang penuh dengat detail bordir tradisional dan payet.

Pada sesi kedua, ia menampilkan busana prosesi rias dengan mengusung atasan model cheongsam yang memiliki detail bordir bunga teratai yang dipadukan dengan bawahan dari batik dengan motif yang unik. 

Sedangkan sesi terakhir yaitu untuk acara resepsi, designer yang satu ini menghadirkan busana pengantin dengan perpaduan budaya Tionghoa dan tradisional Indonesia.


Susi Luçon

Designer lulusan ibukota fashion dunia yaitu Paris, Perancis ini terkenal dengan gaun malamnya yang modern dan designnya juga terinspirasi daribusana cheongsam serta kebaya modern.

Ghea Panggabean

Hasil karyanya selalu mempertahankan prinsip-prinsip dasar desain, motif, warna, tata letak dan kain yang disesuaikan dengan selera modern untuk trend fashion pada saat ini dengan tetap mempertahankan unsur tradisional dalam setiap karya-karyanya.

Hian Tjen

Seperti para designer lain pada acara ini, Hian juga banyak mendapatkan inspirasi melalui asimilasi budaya Cina dan Indonesia serta memiliki karakter yang khas dalam pengembangan motif bordir tradisional ke motif yang modern.

Baca juga:
1st Anniversary ASPERTINA: Kondangan Peranakan Tionghoa
Peranakan Tionghoa di Nusantara : Catatan Perjalanan dari Barat ke Timur
Peragaan Busana 'Kondangan Peranakan Tionghoa'